Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tasripin, Pencitraan SBY, Petani dan Kegagalan Pengelolaan Zakat

21 April 2013   00:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasripin adalah gambaran kemiskinan petani di tengah kemewahan hidup dan meningkatnya ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi terjadi cepat, namun pemerataan tidak terjadi. Jakarta tetap menjadi pusat peredaran uang. Di Indonesia di daerah pelosok-pelosok banyak Tasripin. Pun juga di Jakarta ada gelandangan di bawah jembatan Cawang yang memotong Sungai Ciliwung. Apakah SBY akan membuat rumah buat gelandangan dengan beberapa ekor binatang piaraan mereka?

Terlepas dari manfaat penololongan terhadap Tasripin, apa yang dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak seperti staf kepresidenan, Dandim, dll. adalah berlebihan. Lebih lagi didramatisir tentang Dandi, Adik Tasripin yang diberikan es krim dan es krim dianggap barang mewah. Semestinya tidak perlu ditonjolkan lebih dalam betapa ‘tertinggal, tidak maju, miskin, kere, ketinggalan zaman, kuno' dari keluarga Tasripin dengan adik-adiknya. Tangisan para pembaca dan pemirsa terkait kondisi Tasripin adalah tangisan kepada kebanyakan penduduk miskin perkotaan dan miskin pedesaan.

SBY sebagai jago pencitraan menangkap tontonan yang bisa dijadikan pencitraan dirinya. SBY sangat senang memanfaatkan keadaan Tasripin yang mengenaskan itu sebagai alat pencitraan. SBY melakukan bantuan itu untuk pencitraan dan politik pencitraan. SBY hanya akan melakukan sesuatu perbuatan jika bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan partainya. Jika bukan pencitraan, SBY seharusnya membantu membangun rumah dan bantuan lain kepada jutaan rakyat di Indonesia.

SBY harusnya juga membuka mata. Kebijakan impor produk pertanian dan peternakan, terutama untuk produk pertanian pada saat panen raya berbagai komoditi pertanian sungguh membunuh para petani. Kebijakan Kementerian Pertanian yang memihak para importir - dengan kebebasan mengimpor buah dan produk pertanian lainnya jelas merugikan budidaya dan produk lokal. Kebijakan pemerintah dari mulai pupuk, tata niaga produk pertanian, impor produk pertanian dan peternakan sungguh tidak memilah masyarakat petani. Maka tidak mengherankan jika muncul banyak Tasripin lain di seluruh Indonesia. SBY ternyata selama ini dibutakan oleh gemerlap Jakarta dan angka pertumbuhan ekonomi - bukan pemerataan ekonomi. Buktinya mayoritas pembeli mobil baru di Indonesia berasal dari Jabodetabek.

Selain itu, Tasripin adalah bukti kegagalan pengelolaan zakat. Rumah zakat, dompet dhuafa, badan amal zakat dan shodaqoh dan aneka namanya ternyata tidak memberikan manfaat bagi Tasripin. Jutaan Tasripin dilupakan oleh semua badan amal dan zakat. Tasripin bukan menjadi target bantuan bagi para pengelola zakat, infak dan shodaqoh. Lalu ke mana hasil zakat maal umat Islam yang berjumlah 180 juta jiwa di Indonesia dikumpulkan?

Jika zakat dibayarkan - terutama zakat maal alias harta benda - maka dipastikan tidak akan ada satu pun Tasripin di Indonesia. Indonesia dengan 180 juta Muslim dengan sedekah sebesar Rp 10,000 saja akan menghasilkan uang Rp 1,800,000,000,000,- yang cukup untuk membangun ratusan ribu rumah seperti milik Aspirin! Ke mana zakat maal, sedekah dan infak lari? Ke masjid? Lalu siapa yang berjamaah di masjid yang kosong? Sementara jutaan Tasripin kelaparan dan hidup melarat. Inilah potret kegagalan pengelolaan zakat di Indonesia.

Jadi kasus Tasripin ini membuka mata, selain pencitraan SBY, juga merupakan kegagalan pemerintah mengentaskan nasib petani akibat kebijakan yang salah akibat kebijakan yang tidak memihak petani. Ditambah lagi dengan korupsi quota impor produk pertanian dan peternakan seperti yang dilakukan oleh Luthfi Hasan Ishaaq adalah contoh salahnya kebijakan pemerintah yang tidak memihak petani dan peternak di Indonesia. Selain dua hal tersebut, Tasripin adalah bukti kegagalan sistem pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh baik yang dikelola pemerintah maupun swasta.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun