Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

8 Kecerdasan Anas Urbaningrum

23 Februari 2013   06:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:50 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KPK kemarin menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangkan kasus Hambalang. Anas adalah politisi brilian yang berangkat dari politisi kelas kampung. Setelah masuk ke HMI, Anas belajar berorganisasi di lingkungan para cerdik pandai. HMI adalah kendaraan masuk partai politik. Sejak itu Anas berkembang menjadi akademisi dan pengamat politik. Perubahan Anas dari pengamat politik menjadi politikus dimulai ketika Anas menjadi komesioner KPU. Sejak saat itu Anas malang-melintang di panggung politik. Dari seorang yang sederhana Anas menjadi jumawa. Dari orang susah menjadi orang kaya. Sungguh membanggakan.

Namun dari semua rangkaian itu, Anas yang terkenal memiliki kecerdasan tingkat tinggi memiliki kesalahan yang menjungkalkan kehidupan pribadinya. Terdapat delapan (8) kecerdasan Anas Urbaningrum yang pada akhirnya membuat dia terjerembab ke ranah kenistaan. Mari kita tengok ke belakang yang melatarbelakangi kejatuhan Anas dengan kepala panas dan hati dingin sebeku salju.

Pertama, Anas Urbaningrum secara cerdas masuk HMI. HMI ternyata menjadi salah satu lembaga yang banyak melahirkan koruptor. HMI adalah tempat pengaderan koruptor masa depan. Terdapat bukti alumni HMI banyak terjerat kasus korupsi dan etika. Ada Beddu Amang, Akbar Tandjung, Bustanil Arifin, Ahmad Tirtosudiro dan tentu Anas Urbaningrum yang tersangkut korupsi.

Kedua, Anas dengan cerdas masuk ke KPU (Komisi Pemilhan Umum). Dari sinilah pertemanan Anas dengan Partai Demokrat dimulai. Bertandem dengan Andi Nurpati, Anas merajalela di KPU. Kepiawaian Anas dan Andi Nurpati dimanfaatkan oleh Partai Demokrat untuk memanfaatkan ‘keahlian' mereka soal pemilu. Hasilnya para calon Partai Demokrat memenangi banyak kursi legislative, selain SBY-Boediono menang Pilpres 2009 dengan pelorehan suara melebih 65% suara pemilih.

Ketiga, Anas dengan kecerdasan tinggi bergabung dengan Partai Demokrat. Anas tidak seharusnya bergabung dengan partai baru yang sedang berkuasa. Di sinilah Anas berkesempatan menjadi anggota DPR sebelum akhirnya berambisi untuk menjadi presiden RI. Salah satu cara adalah menjadi Ketua Umum PD. Anas tahu cara menjadi ketua umum adalah dengan menyuap para pengurus DPD/C PD. Sumber dananya diambil dari Hambalang. Ini disampaikan oleh M. Nazaruddin.

Keempat, Anas yang cerdas meremehkan kecerdasan dan ambisi pribadi dan keluarga Susilo Bambang Yudhoyono. Semua tahu SBY dianggap manusia yang tulus berjuang demi negara dan bangsa di atas kepentingan keluarga. Maka Anas dengan rela mengorbankan diri menjadi Ketua Umum PD dengan segala cara. Pertimbangan Anas adalah SBY sudah dua kali menjabat sebagai presiden. Anas pikir dia akan mampu menguasai Partai Demokrat. Anas juga berpikir bahwa dia mampu menguasai SBY. SBY pada akhirnya mencampakkan Anas demi kepentingan pencalonan calon legislatif dan bahkan calon presiden. SBY jelas tidak rela Anas menjadi penguasa PD sesungguhnya. Anas disingkirkan juga karena SBY tidak menyukai matahari kembar. SBY maunya berkuasa sendirian.

Kelima, Anas dengan kecerdasannya berteman dengan M. Nazaruddin dan Anas mengkhianati M. Nazaruddin. Anas yang sangat cerdas itu bertemu dengan Nazaruddin dan mengarahkan Anas untuk mengurus berbagai proyek bernilai milyaran dan trilyunan. Pada saat Nazaruddin menjadi pesakitan, Anas mengkhianati M. Nazaruddin. Anas dengan cerdas tidak tercantum dalam semua perusahaan odong-odong pengeruk uang untuk kepentingan politik Anas Urbaningrum. Akibatnya Nazaruddin merasa dikibuli. Akibatnya M. Nazaruddin yang juga ternyata tidak bodoh mencatat semua transaksi dengan detail - sesuatu yang Anas remehkan yakni kecerdasan M. Nazaruddin.

Keenam, Anas secara cerdas meremehkan sumpah dan janji dan berkoar atas nama Monas. Anas melakukan perbuatan menantang alam dan akibatnya menjadi sasaran tembak semua orang. KPK sebagai kumpulan manusia juga merasa omongan gantung di Monas menjadi senjata dan common enemy dalam jiwa semua orang. Publik dan juga orang-orang yang tak suka dengan Anas akan melakukan semua upaya untuk membuat Anas hancur sebagai pribadi dan politikus - ini mengingat Anas bukan kambing gebleg.

Ketujuh, Anas begitu cerdas lengser dan mengundurkan diri dari Partai Demokrat tidak dengan elegan. Pengunduran diri Anas akan membuat Anas kehilangan kekuatan sebagai politikus dan Anas tidak akan memiliki posisi tawar sebagai penguasa. Pembelaan hukum seperti yang disampaikan oleh Max Sopacua hanya penghiburan seperti anak balita diberi gula-gula agar diam tidak menangis.

Kedelapan, Anas sebagai orang cerdas tidak mampu membedakan dua hal elementer hukum dan politik di Indonesia. Anas berpikir bahwa hukum di Indonesia adalah hukum yang dijalankan sesuai integritas. Dalam kenyataannya hukum dan politik saling bertaut dan tidak penting KPK menyeret Anas secara hukum atau politik. Politik jelas menghalalkan segala cara. Dan, KPK pun terseret dalam politisasi hukum.

Itulah delapan hal yang membuat Anas Urbaningrum, dari pengamat dan politisi brilian dan manusia cerdas luar biasa terjerembab menjadi sampah masyarakat sebagai koruptor.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun