Melihat gelagat kebangkrutan Partai Demokrat yang didera kasus korupsi dan krisis kepemimpinan, SBY melakukan maneuver politik dengan mendekati Prabowo. Kasus korupsi dan krisis kepemimpinan ini disebabkan oleh maneuver Susilo Bambang Yudhoyono yang kebablasan dan kebanyakan. SBY menempatkan diri sebagai the God Father dalam Partai Demokrat. Tradisi partai kader gagal diterapkan akibat pola kepemimpinan SBY yang one man show - pamer kuasa tunggal - ekses dari pola didik militer.
Ketika dibutuhkan calon pemimpin partai, SBY kebingungan, SBY pun melirik dan menyodorkan orang-orang terdekatnya seperti Gita Wiryawan, Djoko Suyanto, Pramono Edhie Wibowo, Marzuki Alie, Mahfud MD sebagai calon ketua umum Partai Demokrat. Penyebutan nama-nama tersebut hanya untuk penggembira. SBY telah belajar dari masuknya Anas Urbaningrum ke dalam Partai Demokrat yang dikalim sebagai milik pribadi SBY. Sudah dapat dipastikan bahwa SBY akan mengarahkan Promono untuk menjadi Ketum PD dengan tujuan untuk memberi pelajaran politik sebelum maju sebagai calon presiden 2014.
Maka melihat posisi Prabowo yang leading dalam survey mengungguli siapapun, SBY jelas panik menghadapi kemungkinan jagonya Pramono akan kalah - dengan catatan SBY menafikan kemungkinan Partai Demokrat jeblok perolehan suaranya di DPR. Pun untuk persiapan setelah lengser SBY perlu berkorban dan memberikan kepada Mahfud MD sebagai wakil Partai Demokrat demi menjaga posisi SBY pasca lengser. Dimasukkannya Mahfud MD sebagai calon dari Partai Demokrat untuk mendampingi Prabowo Subianto atau Pramono Edhie Wibowo adalah untuk memasang posisi berdiri di dua kaki.
Untuk itu maka selagi masih menjadi Presiden RI, SBY mendekati dan melakukan komunikasi politik agar memiliki kaki dan kekuatan. Bahkan sangat mungkin SBY mendorong koalisi Gerindra-Demokrat. Bagi Prabowo ini juga menguntungkan mengingat Gerindra belum tentu mampu mengusung calon presiden sendiri meski popular. Maka selain berkoalisi dengan PDIP, Prabowo memiliki posisi tawar baru, yakni Partai Demokrat.
Bagi Demokrat sendiri menggandeng PDIP sangat riskan karena hubungan pribadi SBY-Mega terkenal seperti api dalam sekam. Untuk itu pilihannya pada Prabowo dengan pertimbangan (1) elektabilitas Prabowo tinggi dan berpotensi menang dalam Pilpres, (2) menitipkan Pramono atau Mahfud MD sebagai wakil dari Demokrat .
Catatan khusus mengenai Mahfud MD, jika berhasil masuk ke dalam Partai Demokrat akan terjadi dua kemungkinan (1) Mahfud MD akan kesulitan menyesuaikan diri denga budaya one man show ala SBY, (2) Mahfud MD akan rusak namanya dan hanya digunakan sebagai pencuci kotoran Demokrat, (3) Mahfud MD akan dipasangkan dengan Pramono Edhie Wibowo- namun dipastikan PD tahun2014 tak akan mampu mencalonkan sendirian calon presiden.
Nah dalam kondisi seperti itu SBY mencoba melirik koalisi dengan siapapun termasuk Aburizal Bakrie. Dalam Pilpres 2014 SBY pun akan berani berkorban demi menaikkan klan Cikeas. Dengan bergabungnya partai Golkar dan Demokrat, maka otomatis tinggal 1-2 calon pasangan. Nah di sinilah letak kesulitannya mencalonkan presiden dengan 20% presidential tresh-hold. SBY menimbang antara bergabung dengan Golkar atau dengan Gerindra.
Namun mengingat posisi keterpilihan Prabowo besar, bisa jadi SBY mengutus Mahfud MD atau Pramono sebagai wakil Partai Demokrat dengan tujuan untuk menyelamatkan diri pasca lengser. Bagi Prabowo PD cukup menarik, bagi Mahfud MD yang tidak memiliki kendaraan politik parpol perlu parpol pengusung. Pramono akan dipersiapkan untuk tahun 2019 jika posisi cawapres diberikan kepada Mahfud MD.
Jadi makna pertemuan SBY-Prabowo adalah untuk upaya penyelamatan SBY pasca lengser dengan melakukan pendorongan formasi Prabowo-Pramono atau Prabowo-Mahfud MD sebagai pasangan calon presiden yang tepat bagi SBY.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H