Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lee Kuan Yew, Olga, dan Andreas Lubitz: 3 Kematian sebagai Pengingat

29 Maret 2015   12:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kini, Olga Syahputra meninggalkan jejak legacy lawakan di Youtube dan media sosial. Olga akan abadi namanya seperti kelas Nike Ardilla, bukan karena kecantikannya tentu, tetapi kegunaan dan manfaatnya di dunia industri televisi. Dia adalah alat pengeruk uang di industri pop televisi yang datar, profane, tanpa kedalaman konsep, selain uang dan uang. Itulah legacy Olga.

Maka, Lee Kuan Yew adalah bermanfaat bagi bangsanya, Singapura, dan juga penyelundup pasir laut. Juga berguna bagi koruptor Indonesia semacam Djoko S. Tjandra, pemilik Mulia Group. Lee adalah peletak dasar Singapura menjadi tempat menghindari pajak dan persembunyian para koruptor. Maka orang kaya Australia Brett Blundy dan pendiri bersama Facebook Eduardo Severino yang tinggal di Singapura karena pajak yang rendah; juga pembebasan pajak untuk penghasilan di luar negeri. Dan ... nama Lee Kuan Yew menjulang dalam legacy-nya.

Maka, Andreas Lubitz pun tercatat dalam legacy-nya: mencatatkan diri mengubah sistem penerbangan agar lebih hati-hati dengan orang stress semacam Lubitz.

Maka, Olga pun dalam legacy-nya mencatatkan diri sebagai penghibur sekelas di bawah Nike Ardilla. Namanya adalah ingatan kebahagiaan orang di industri televisi yang di-glamor-glamorkan.

Dari ketiga kasus kematian Lee Kuan Yew, Andreas Lubltz, dan Olga dapat disimpulkan bahwa semua orang akan mati. Cuma cara dan legacy-nya berbeda. Itu akan terjadi pada Jokowi, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ical dan bahkan Amien Rais. Qullu nafsun dzaiqatul maut. Yang bernapas pasti akan mati. Yang membedakan adalah cara dia hidup dan cara dia mati.

Jadi kematian adalah legacy orang dalam atau ketika masih hidup. Karena dari sana semua tercatat kehidupannya. Seluruhnya. Baik dan buruk hanya akan menjadi fakta abadi.

Selamat jalan Lee Kuan Yew. Selamat jalan Andreas Lubitz. Dan selamat jalan Olga Syahputra.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun