Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Teroris Ciputat dalam Peta Jaringan Teroris Indonesia dan Asia Tenggara

4 Januari 2014   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kelompok manakah teroris Ciputat berasal? Apakah dari sel independen atau dari jaringan lama yang telah bermetamorfose? Faktanya, telah terjadi migrasi jaringan teroris di Indonesia dan Asia Tenggara. Jaringan teroris di Indonesia berakar dari radikalisme tahun 1980-an ketika rezim Eyang saya Presiden Soeharto melakukan politik pembungkaman terhadap setiap gerakan ekstrimisme. Bagaimana peta terorisme di Indonesia yang terkait dengan jaringan terorisme di Asia Tenggara itu?

Politik global terkait Afghanistan pada dua dekade 80-90-an telah diamati dengan ketat oleh Presiden Soeharto. Para pemuda mujahidin yang ikut berperang di Afghanistan didata dan dipetakan dengan baik. Para tokoh yang pernah bertemu dengan Osama bin Laden seperti Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir menyingkir ke Malaysia pada 1982 karena dibatasi geraknnya di Indonesia. Salah satu sumber utama pemasok para teroris di Indonesia adalah para alumni eks mujahidin yang ikut berperang di Afghanistan.

Abubakar Baa'syir dan Abdullah Sungkar menjalankan operasi terror di Indonesia, dengan tujuan mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara, dengan nama Jamaah Islamiyah. Organisasi ini berada di bawah koordinasi Hambali sebagai operator wakil Osama bin Laden dengan jaringan Al Qaeda, termasuk di dalam skema ini adalah para pemberontak MILF di Filipina, kelompok Abu Sayyaf, dan para teroris lain di Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei dan Kamboja.

Fakta paling baru keterkaitan JI di Asia Tenggara terjadi ketika Husaini, penyerang pemboman atas Bandara Changi tahun 2002, ditangkap oleh Pemerintah Singapura. Husaini ditangkap Juni 2009 di Indonesia, di mana, menurut catatan pengadilan Indonesia, dia dipenjara sampai Mei 2012 karena pelanggaran imigrasi. Dia dideportasi ke Singapura. Selain Husaini, Abdul Rahim juga ditangkap di Malaysia tempat dia belajar terorisme dengan Abu Bakar Ba'asyir selama tahun 1999-2000. Dia melakukan teror di Malaysia dan Singapura.

Pada dasarnya kemampuan JI dalam meluncurkan serangan sekarang ini cukup terbatas, namun kelompok tersebut terus mendukung aktivitas kelompok lainnya dalam bentuk organisasi dan perorangan yang bersimpati dengan gerakan tersebut.

Dengan menciptakan propaganda dan mencari potensi anggota baru, JI terus menciptakan sebuah lingkungan agar organisasi ekstrimis lainnya bertambah besar dan bisa menjalankan operasi. Karakter sel teroris mandiri dan terlepas dari induknya menjadi ciri serangan teror selepas banyak tokoh besar ditangkap atau tewas. Demikian pula teroris Ciputat termasuk kelompok yang membangun jaringan independen, dengan basis ideologi JI pimpinan Abu Bakar Ba'asyir dan Al Qaeda. Perlu diketahui, bahwa meskipun Abu Bakar Ba'asyir telah dipenjara, namun kontak melalui penjara dan di dalam penjara tetap berlangsung. Bahkan ajaran militansi Abu Bakar Ba'asyir semakin banyak diikuti oleh berbagai kalangan yang menganggap pemerintah non-khilafah adalah pemerintahan yang layak dilawan. Ini ideologi yang diajarkan oleh Abu Bakar Ba'asyir.

Sebagaimana diketahui, di Malaysia, Abu bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar mendirikan Jamaah Islamiyah bersama Hambali dan Faiz Abu Bakar Bafana yang sekarang dipenjara di Guantanamo, serta Muhammad Iqbal yang tewas dalam Bom Bali 1, 12 Oktober 2001.

Reformasi datang pada 1998 bersamaan dengan kematian Abdullah Sungkar, Abu Bakar Ba'asyir pulang ke Indonesia pada 2000 dan memindahkan gerakan terror perjauangannya ke Pondok Pesantren Ngruki. Serangan terror dimotori oleh gerakan JI (Jamaah Islamiyah) seperti serangan Bom Bali I dan II, juga bom natal 2000.

Fakta menunjukkan anggota JI pimpinan Abu Bakar Ba'asyir melancarkan serangan terror. Hambali, Imam Samudera, Abas alias Usman, Salahudin melakukan pemboman yang dikenal Bom Natal tahun 2000 di Medan, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Mojokerto,Pangandaran, Sukabumi, Antapani Bandung. Kelompok ini juga menyerang Atrium Senen, selain bom di Bali, Manado, Semarang pada tahun 2002. Tahun 2003, dibantu Dr. Azhari dan Noordin M Top, kelompok JI ini membom JW Marriot. Tahun 2004 serangan bom berlanjut di Sukabumi, Temanggung Jawan Tengah dan Bom Kuningan atau Kedutaan Besar Australia.

Jaringan terorisme Abu bakar Ba'asyir bermetamorfose menjadi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dengan tujuan yang sama. MMI diproklamasikan di Yogyakarta pada tgl 7 Agustus 2000 dan berkantor pusat di jln Veteran no 17 Yogyakarta. MMI ini terus aktif melakukan konsolidasi dan membangun jaringan di seluruh wilayah Indonesia dengan membentuk perwakilan LPW (Lajnah Perwakilan Wilayah), LPD (Lajnah Perwakilan Daerah) dan LPK (Lajnah Perwakilan Kecamatan).

Sepak terjang Abu Bakar Ba'asyir berakhir ketika dia ditangkap di Banjar dan akhirnya dijatuhi hukuman penjara 15 tahun. Namun anak buahnya terus menjalankan perekrutan melalui kegiatan sosial dan penanggulangan bencana alam, kegiatan agama, tabligh akbar, dan pengajian usroh dihidupkan lagi.

Jaringan JI dipimpin oleh Amir yakni Abu Bakar Ba'asyir diyakini melakukan teror selama 13 tahun terakhir ini. Organisasi ini memiliki perlengkapan seperti Panglima Perang (Askari), pelaksana harian Amir, Regional Syura dan sebagai Dewan Penasihat Markaz. Hambali memiliki tugas menghubungkan ke jaringan terorisme internasional seperti Al Qaeda dan Abu Sayyaf.

Terbukti bahwa banyak teror di Poso, Ambon, Jawa dan aneka kelompok Abu Sayyaf tempat Umar Patek bernaung selepas melakukan pemboman di Bali I. Serangkaian teror terus berlanjut di bawah komando payung organisasi JI dalam wilayah empat Mantiqi di seluruh Asia Tenggara.
Mantiqi I meliputi wilayah Singapura dan Malaysia. Muklas alias Ali Gufron terpidana mati Bom Bali I pernah menjadi pimpinan Mantiqi I.

Mantiqi II adalah wilayah Indonesia Bagian Barat. Peta wilayah operasi Mantiqi II membawahi delapan Wakalah atau organisasi JI tingkat provinsi. Ada wakalah Sumbagut, Pekanbaru, Lampung, Jabotabek, Jabar, Surakarta, Jateng dan Jatim.

Para wakalah ini masih membawahi wilayah Khatibah atau organisasi setingkat kota. Khatibah membawahi Qirdas. Dibawah Qirdas ada yang namanya Fiah atau kelompok kecil.

Mantiqi III alias Mantiqi Tahlid memiliki wilayah operasi di Mindanao, Sabah, Kaltim dan Sulawesi. Sama seperti Mantiqi lainnya Mantiqi ini juga membawahi Wakalah, lalu Khatibah dan Qirbas. Nasir Abas pernah menjadi pimpinan Mantiqi ini. Mantiqi ini pernah sangat solid dalam aksi teror di Poso dan pernah membentuk Laskar Uhud. Mantiqi IV atau Mantiqi Ukhro meliputi wilayah Australia.

Organisasi ini sering pula bersatu melakukan teror, seperti jaringan terorisme di Sumut, yang melancarkan aksi perampokan dan pelatihan militer di Deli Serdang seluruh organisasi teroris di bawah Mantiki II bersatu. Mereka mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok atau Fiah. Ada enam kelompok yang saling bertautan.

Kelompok Boss Medan yang terdiri dari 7 Anggota. Ada kelompok Belawan pimpinan Wak Geng alias Marwan yang berperan merampok untuk mencari senjata. Kelompok Lampung yang diisi Abah alias Jhonson dan Bawor yang bertugas membeli senjata dari dana hail rampokan. Kelompok Pekanbaru ditambah Kelompok Solo dan Kelompok Jabar yang dipimpin Jaja Miharja.

Nah, kelompok teroris yang digrebek di Ciputat merupakan anggota jaringan Fiah dari Mantiqi II. Kelompok Abu Qomar, Dayat Kacamata, merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Tauhid yang merupakan metamorfose dari Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Abu Bakar Ba'asyir. Kelompok ini pernah mengeluarkan Deklarasi Situ Gintung pada 2012 yang dihadiri Dayat, Nurul Haq dan Abu Roban dengan target serangan kepada aparat keamanan seperti Densus 88 dan polisi.

Strategi kelompok Fiah ini dalam melakukan pengumpulan dana dilakukan dengan merampok untuk perjuangan jihad. Legalitas sepihak yang diajarkan oleh Abu Bakar Ba'asyir ini diyakini menjadikan maraknya perampokan bank dan toko emas di berbagai wilayah di Jakarta, Medan Sumatera Utara, Lombok, Tangerang, Grobogan, Tambakrejo Lampung, Bandung, Makassar, Pontianak, Surabaya.

Kelompok yang saling terkait termasuk Abu Qomar, Santoso pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Abu Roban (MIB) yang membawahi Anton alias Septi yang tertangkap di Banyumas. Tertangkapnya Anton ini mengarah kepada penggerebegan kelompok teroris Ciputat yang berujung pada tewasnya enam teroris.

Itulah gambaran jaringan teroris di Indonesia dengan contoh kasus terungkapnya jaringan teroris anggota MIB pimpinan Abu Roban, yang beridiologi dasar JI dan Al Qaeda, yang tewas di Ciputat. Peta terorisme di Indonesia terang benderang. Kapan dan bagaimana Densus 88 akan bergerak hanya soal pilihan karena para anggota dan afiliasi serta jaringannya ya itu-itu saja. Dimulai dari alumni jihad Afghanistan lalu perekrutan anggota baru belakangan melalui kelompok-kelompok yang telah terpetakan.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun