Pun DPR, dan bahkan JK serta beberapa staff ahli mendorong revisi remisi bagi koruptor. Presiden Jokowi ketika disodori draft revisi hanya menyebutkan remisi dan pertimbangan keadilan bagi rakyat harus dipertimbangkan. Saat ini para pihak sedang berusaha merevisi draft dan DPR pun mendorong untuk remisi.
Setali dengan DPR, KPK pun mendukung remisi bagi para koruptor. Ini hal yang sangat aneh. Kecenderungan pelemahan KPK ( dengan kondisi Polri dan Kejaksaan mandul dalam pemberantasan korupsi) menjadi sangat nyata.
Kondisi penekanan terhadap remisi ini semakin kencang. Selain remisi, upaya pemberian hukuman kepada para koruptor dipastikan akan sangat lemah. Artinya, para koruptor akan dihukum ringan oleh baik KPK maupun yang ditangani kepolisian dan kejaksaan.
Alat politik penekan agar Presiden Jokowi memenuhi permintaan revisi peraturan remisi bagi para koruptor antara lain (1) persoalan Budi Gunawan dijadikan kasus oleh DPR, (2) kasus Golkar dan PPP diarahkan dimenangkan oleh kubu Ical dan Djan Faridz, (3) kekuasaan kehakiman dan pengadilan terkait illegal fishing, illegal mining, illegal logging dan berbagai penyelewengan akan menguntungkan bagi para koruptor dan merugikan pemerintah (contoh: Menteri Susi dirugikan dengan adanya denda hanya Rp 200,000,000,- bukan penenggelaman kapal).
Bahkan penekanan disampaikan untuk melakukan reshuffle kabinet Presiden Jokowi. Sesuatu yang tak penting mengingat saat ini para menteri tengah bekerja. Presiden Jokowi pun belum menanggapi permintaan untuk reshuffle kabinet ini.
Terkait kondisi ini, kubu JK, kubu Andi, dan kubu PDIP terus melakukan maneuver untuk memerkuat posisi masing-masing. Manuver ini dilakukan untuk menyerang kebijakan Presiden Jokowi termasuk para menteri yang loyal kepada Presiden Jokowi. Menteri Pendidikan kelolosan materi pendidikan Islam garis keras dan kebencian agama di mata pelajaran sekolah.
JK dan kubu PDIP semakin santer menyatakan perbedaan mereka dengan Presiden Jokowi. Salah satu contohnya terkait pelemahan KPK. Presiden Jokowi berdiri sendiri dan bersebarangan dengan JK dan PDIP. Itulah sebabnya Presiden Jokowi mengangkat Tim 9 sebagai bemper pendukung bagi dirinya.
Jadi, dengan adanya pesan misterius yang ditangkap oleh Ki Sabdopanditoratu tersebut, tiga kubu dibuat kelimpungan dan pada akhirnya, Presiden Jokowi terjepit. Pesan itu dipastikan direkayasa oleh para koruptor yang saat ini sedang berupaya menjatuhkan Presiden Jokowi sebagai target akhirnya.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H