"Apa makna pentingnya istri Bupati Rembang itu?" tanya Hussein.
"Nama istri Bupati Rembang itu, Raden Ajeng Kartini!" sahut Alkatiry dengan mimik muka sedih, bersuara datar.
"Lalu siapakah sebenarnya Kartini?" tanya Hussein.
"Kartini yang telah berjuang, kelak akan menjadi simbol kebebasan pada abad ke-20 dan ke-21!" jelas Alkatiry.
"Coba dengarkan saja berita radio!" tambah Hussein sambil menarik kursi mendekatkan diri ke depan lemari buffet tempat radio SW buatan Jerman berada.
Suara radio itu telah mengecil akibat akan kehabisan tenaga. Baterei itu akan segera habis. Karenanya ketiganya senyap dan tak berusara.
Para pendengar Radio Australia yang terhormat. Kini akan kita lanjutkan feature tentang RA Kartini, seorang istri Bupati Rembang yang meninggal dunia akibat melahirkan anak dalam usia muda. Apa yang sudah Kartini perbuat mungkin akan bermakna bagi Hindia Belanda di masa depan. Mari kita bersama amati untuk mengenangnya. Laporan ini disampaikan oleh Mrs. Abendanon dan Maria Kristina Christoffs melalui kawat ke Radio Australia.
Kartini akan hadir sebagai simbol perjuangan perempuan, karena Kartini membuka pendidikan bagi para perempuan dan remaja putrid yang dilarang di Karesidenan Rembang, Jawa di Hindia Belanda - Nederlands Indie. Pendidikan untuk perempuan suatu saat dibebaskan sampai titik tertinggi - bahkan untuk menjadi nakhoda kapal pun bisa. Tak ada yang tak mampu diraih oleh perempuan nanti secara fisik. Bahkan menjadi raja dan ratu pun seorang perempuan secara fisik boleh. Kartini sebagai simbol nanti akan usai. Bahkan emansipasi pun akan sirna karena semua hal terkait perjuangan Kartini akan cepat terwujud secara fisik. Apapun yang dilakukan dan diperjuangkan oleh Kartini secara fisik tak akan bertahan selama seratus tahun. Lalu apa makna Kartini selanjutnya? Kesetaraan!
Kartini-kartini pada masa itu akan lupa perjuangan Kartini. Atau karena para gadis masa depan tidak pernah mampu dan ditunjukkan betapa Kartini berjuang melawan hegemoni pria dari masalah pikiran sampai nasib sebagai perempuan yang berakhir ketika menikah. Kartini adalah perempuan masa depan yang terlahir terlalu cepat dalam zaman yang berbeda. Kematian Kartini juga akibat pernikahan - sebab melahirkan.
Kartini sebenarnya tidak hanya berjuang melawan kekerasan fisik dan perjuangan fisik semata. Kartini menyadari dan berjuang untuk esensi kesetaraan. Kartini tidak berjuang hanya untuk kesamaan hak. Kartini berjuang untuk kesetaraan dalam pikiran dan sikap serta perbuatan. Sikap, perjuangan, aktivitas dan tingkah laku Kartini yang peduli terhadap pendidikan memiliki makna pencerahan. Pencerahan yang Kartini inginkan adalah pembebasan jiwa yang lebih luas.
Kartini berjuang melawan ‘kejumudan' dan ‘sikap pasrah' perempuan terhadap hegemoni lelaki. Kartini paham betul dominasi hukum yang berperspektif laki-laki. Segala bentuk aturan, hukum, tradisi, adat yang dibuat oleh manusia - dan juga tradisi peradaban dan agama meletakkan laki-laki sebagai pusat peradaban dan dunia - menguntungkan dan untuk kepentingan laki-laki. Maka Kartini mengangkat isu pendidikan dalam perjuangannya untuk pencerahan.