Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teroris Ciputat: Priyo Budi Santoso Sesatkan Publik Terkait Intelejen dalam Operasi Teroris

4 Januari 2014   21:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Priyo Budi Santoso yang merendahkan dan tidak mengapresiasi kinerja Badan Intelejen Negara (BIN) perlu dicermati. Pernyataan Priyo ini sungguh perlu diperhatikan karena ini terkait dengan isu terorisme. Penyayangan tewasnya para teroris oleh Priyo juga terasa aneh. Para terduga teroris ini sudah dipetakan dan merupakan kelompok yang jelas telah meresahkan masyarakat terkait upaya mencari dana jihad alias fai dengan cara merampok.

Apa yang patut disayangkan dari para teroris yang meresahkan masyarakat? Taka da. Mereka adalah para pecundang yang telah membunuh polisi, merampok bank, pegadaian, toko emas, dll demi memenuhi nafsu melakukan teror terorganisir.

Pembandingan kinerja BIN yang lemah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya juga tidak tepat. Priyo hanya ngomong belaka dan tak tahu menahu sedikit pun terkait intelejen. Asal bunyi asal ngomong. Yang benar adalah BIN dan aneka badan intelejen lainnya di setiap instansi memiliki taktik dan teknik yang tak perlu diketahui oleh publik. Bantahan ini pun tak akan mengungkap apapun dan hanya menyatakan Priyo harus hati-hati mengeluarkan pernyataan.

BIN dan polisi telah memetakan siapa, di mana, apa, bagaimana terkait para terduga teroris. Mengenai penanganan terhadap teroris, Densus 88 dan BIN memiliki kebijakan tersendiri dengan strategi tersendiri pula yang tak perlu detailnya dijelaskan kepada Priyo Budi Santoso. Terkait meninggalnya para teroris, para terduga itu jelas kelompok yang membunuh polisi secara kedi di Pondok Aren beberapa bulan sebelumnya. Tindakan brutal membunuh polisi secara keji seharusnya yang perlu dikecam oleh Priyo, bukan menyayangkan tewasnya teroris.

Pernyataan Priyo terkait pemilihan umum dan upaya menarik simpati Golkar dari kelompok garis keras yang selalu dimanfaatkan oleh parpol. Contoh lainnya ketakutan Susilo Bambang Yudhoyono terkait ormas-ormas garis keras yang mengedepankan kekerasan justru dibiarkan karena mampu memberi keuntungan politis dalam pemilu. Hanya untuk tujuan politik seperti itu maka Priyo meremehkan kinerja BIN dan badan-badan intelejen lainnya. Sungguh pernyataan seorang politikus yang tak bermutu.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Priyo Budi Santoso menyayangkan kinerja Badan Intelijen Nasional (BIN) terus merosot di tahun ini. Hal itu ia disampaikan terkait penanganan isu terorisme yang selalu berujung pada kematian terduga pelakunya.

Pernyataan Kapolri yang menjawab terpaksa menembak mati para terduga teroris karena mengancam keselamatan anggota Polri sudah tepat dan benar. Daripada polisi mati konyol lebih baik teroris yang dibasmi.

Seperti dikutip dari Kompas.com, "Mereka (Polri) super ikhtiar dan berkepentingan mendapatkan mereka (teroris) hidup-hidup untuk menggali informasi dan memutus mata rantai. Tapi nyatanya tak ada pilihan lain," kata Kapolri.

Jadi operasi anti teros Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Jalan H Dewantoro Gang H Hasan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (31/12/2013) malam sudah tepat. Densus 88 sudah bertindak persuasive dalam baku tembak dengan para terduga teroris sekitar sembilan jam. Namun para terduga teroris tak mau menyerah. Maka Rabu (1/1/2014) 6 terduga teroris ditemukan tewas. Mereka adalah Daeng alias Dayat Hidayat, Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh alis Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril.

Jadi, pernyataan yang menyebutkan dan menghubungkan kinerja BIN dengan tewasnya para teroris tersebut adalah menyesatkan dan mendiskreditkan BIN dan Densus 88. Priyo perlu lebih berhati-hati sebagai politikus dalam mengeluarkan pernyataan terkait keselamatan negara.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun