Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY, Angelina Sondakh, dan FPI Harus Belajar dari Malala

21 Oktober 2012   23:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:33 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Om, bagaimana SBY dan FPI harus belajar dari kasus Malala?" tanya Monahara si remaja jelita anak Sabung tukang sabung ayam Bangkok tetangga saya.

"Oh benar Susilo Bambang Yudhoyono dan Front Pembela Islam harus belajar dari kasus Malala. Agar mereka bisa bertindak melawan ekstrimisme Islam di Indonesia. FPI kita dorong untuk melawan korupsi dan para koruptor," sahutku enteng.

Di tengah kebohongan dan politik pencitraan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan penghalalan kekerasan oleh FPI di berbagai tempat, Indonesia palan tapi pasti dibawa oleh kelompok ekstrimis Islam ke jurang kehancuran. SBY dan FPI seharusnya belajar tentang integritas dan kebenaran lebih baik lagi. SBY dan FPI pasti akan susah mencari tempat belajar yang baik dan benar di Indonesia.

"Mau belajar dari Al Quran di Indonesia, Al Quran-nya saja bisa salah huruf karena dikorupsi. Kita masih ingat korupsi dan penarikan Al Quran. Hati menjadi was was ketika akan membaca Al Quran. Kita harus berhati-hati dan cermat. Jangan-jangan Al Quran yang kita baca tidak benar dan dikorupsi hurufnya oleh para koruptor," timpal Dai yang berteriak dari dalam kamar tidurnya tanpa menunjukkan mukanya.

"Iya Bang, sudah banyak ditarik Al Quran yang salah itu!" sahutku berteriak pula.

"Trus..." pinta Pingkan yang cantik, salah satu dari empat istri Dai, minta aku melanjutkan.

"Malala memberi pelajaran bagi SBY dan FPI juga kita semua tentang integritas dan keberanian. Jangan hanya beraninya pada petani miskin dan kafe yang yang tidak punya pengamanan kuat. Malala juga inspirasi bagi semua orang tanpa memanfang umur, agama, ras, keturunan dan suku bangsa!"

"Bagaimana sih gambaran Malala, Om?" tanya Michael Corleone, anak Dai yang baru berusia 7 tahun namun tampak memiliki kecerdasan luar biasa.

Malala adalah gadis remaja cantik, secantik kalian berdua, yang sangat cerdas dan manusiawi. Ini bisa dilihat dari kata-kata dan tindakannya. Malala bisa dengan mudahnya menjadi anak, saudara atau keponakan kita. Serangan Taliban kepada Malala adalah serangan terhadap nilai-nilai kebebasan, keselamatan; perkembangan dan pencerahan yang semua bangsa dan manusia harus miliki.

Kita yang tinggal di Indonesia, sebagian besar bisa hiduup bebas dan memiliki keamanan dan kesempatan. Namun, seperti di Lembah Swat Pakistan, kita juga tetap khawatir pada keamanan. Orang-orang yang kita cintai bisa mati gara-gara ditembak teroris seperti di Solo, Poso, bahkan bom-bom yang diledakkan oleh teroris dan ekstrimis Islam alumni Afghanistan yang masih berkeliaran dan membangun jaringan terror di Indonesia.

Seperti Malala, kita hidup dalam ancaman teroris dan ekstrimis yang semakin membesar dan dilakukan pembiaran oleh SBY. Pembunuhan terhadap polisi di Solo dan Poso serta ledakan di kantor polisi di Poso pagi ini menunjukkan bagaimana keaamanan tidak terjamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun