"Siapa tak kenal Fadjroel Rachman?" tanya Monahara si cantik anak Sabung tukang sabung ayam tetangga saya.
"Iya dia bagus visinya. Lain sama Rhoma Irama...ahahhaa" timpal Pingkan.
Aktivis, penulis, peneliti yang sangat kristis ini beberapa kali menyatakan siap mencalonkan diri sebagai presiden. Kapabilitas dan profesionalisme pribadinya juga luar biasa. Catatan peri kehidupan pribadinya pun sungguh memesona. Namun, apa lacur beliau tidak dilirik oleh rakyat, apalagi partai. Partai politik telah menjadi penentu diangkatnya presiden. Berbeda dengan gubernur atau walikota dan bupati yang memerbolehkan calon Independen, presiden pencalonannya ditentukan oleh segelintir parpol korup.
Maka ketika Rhoma Irama dengan lantang dan yakin, tiba-tiba muncul dan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, rakyat dibuat terperanjat. Pertama, jabatan presiden bukanlah jabatan ecek-ecek dan permainan, apalagi seperti film. Kedua, reputasi Rhoma Irama sebagai pribadi jelas tidak laku dijual - kecuali oleh orang-orang yang sejenis dengan Rhoma Irama.
Masyarakat tidak akan lupa bagaimana pandangan politik, sosial, keagamaan Rhoma Irama yang amburadul. Rhoma Irama sesungguhnya adalah penyebab dan berkontribusi menghancurkan peluang Foke-Nara dalam Pilkada DKI yang dimenangi oleh Jokowi-Ahok.
Kini, Rhoma Irama dengan lantang menyampaikan niatnya menjadi calon presiden. Rakyat membayangkan kepemimpinan macam apa Indonesia dipimpin oleh orang seperti Rhoma Irama. Integritas pribadinya yang dekat dengan gossip murahan semacam poligami, Angel Lelga, sikap rasis dan tidak toleran dengan suku dan agama lain, serta pandangan agama Islamnya yang radikal namun tidak kaffah, tentu akan membuat rakyat bereaksi.
Reaksi pertama datang dari Cut Herdiani, si cantik dan anggun salah satu dari empat istri Dai. Cut tertawa terbahak-bahak sampai terkencing-kencing.
"Kenapa tertawa?" tanyaku.
"Gak pantas dan gak ada potongan jadi presiden. Suaranya mendesah-desah dan dibuat-buat. Terlalu banyak mengutip ayat-ayat yang tak perlu. Seolah dia akan menjual agama!" sahut Cut Herdiani sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Pandangan politik dan agama Rhoma Irama yang tidak asyik menjadikan bahan tertawaan!" tambah Monahara si jelita yang baru tidur. Monahara juga tertawa mendengar keseriusan Rhoma Irama menjadi capres.
"Hahahhahaha." Semua tertawa terbahak-bahak.
Ayam berhamburan terbang dari kandang ayam tempat kami berkumpul. Ayam pun kaget mendengar Rhoma Irama berniat menjadi calon presiden! He he he...
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H