Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas Naturalisasi, Impor Benjamin Netanyahu, Ekspor SBY: Seri Capres 2014

18 November 2012   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:08 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Bola sebagai kehidupan dan tak lepas dari politik di Indonesia telah mengajari kita semua. Lahirlah KPSI sebagai ekses politik dalam sepakbola. Timnas Indonesia Naturalisasi telah memberikan gambaran yang membahagiakan. Timnas asuhan Nil Maizar ini telah menunjukkan diri sebagai Timnas yang menjanjikan. Timnas Indonesia berhasil menahan Kamerun dan determinasi, semangat para pemain sungguh membanggakan. Peran pemain naturalisasi telah menginspirasi saya untuk mengimpor politikus untuk Capres 2014. Sepakbola telah mengajari kemungkinan itu. Jika harus mengimpor, maka yang bagus dan cocok kondisinya denngan kondisi politik dan masyarakat Indonesia. Pilihan itu jatuh pada Benjamin Netanyahu untuk Capres 2014. Itu yang saya pikirkan dan wacanakan dengan Sabung di dekat kandang ayam.

"Papi, apa persamaan SBY dan Benjamin Netanyahu dan kenapa konflik tak pernah berakhir antara Palestina dan Israel?" tanya si jelita remaja Monahara kepada ayahnya Sabung tukang sabung ayam Bangkok tetangga saya.

"Weleh, berat amat sampai ke Gaza sana. Bibi kok disamakan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, gimana tuh. Baik tanyakan saja kepada Om Niko ya..." jelas Sabung Bahtera Yudha yang inisial namanya SBY.

"Bibi, wah berarti Bang Sabung akrab ya dengan Benjamin Netanyahu..." timpalku menanggapi penyebutan nama panggilan akrab Bibi untuk Benjamin Netanyahu.

"Iya Bibi si pemimpin Israel yang kurang waras itu," sahut Sabung.

Israel menyerang Gaza dan membunuhi teroris Hamas. Rakyat sipil lebih banyak berkorban. Hilangnya satu teroris Ahmad Jabari menjadi awal hilangnya empat puluh warga Gaza akibat serangan sejak empat hari lalu. Dua ratus target diserang dengan pesawat militer. Sekitar lima puluh roket juga mendarat di wilayah Israel lainnya. Tiga nyawa di wilayah Israel melayang.

Israel adalah Amerika. Keberadaan Israel yang cerdas mendirikan negara di wilayah Jajahan Inggris tanpa tuan di Timur Tengah yang sekarang dikenal sebagai Israel adalah keniscayaan. Namun dalam perkembangannya kita melihat Israel semakin bernafsu menguasai wilayah. Dataran Tinggi Golan milik Syria diduduki. Lebanon Selatan dijadikan Zona aman. Warga Israel yang menyebut diri sebagai Palestina dikurung di Tepi Barat dan Gaza.

Warga Tepi Barat dan Gaza hidup atas belas kasihan Israel. Israel tidak memberikan akses kepada kedua wilayah itu untuk berkembang. Israel menerapkan teror dan membatasi kebebasan warga untuk bergerak secara badani. Tak ada kebebasan untuk membangun.

Sementara itu Israel memfasilitasi kelompok garis keras Yahudi. Meski secara resmi Israel adalah negara sekuler, namun Netanyahu justru bersekutu dan diam-diam mendukung para ekstrimis Yahudi yang membangun pemukiman di tengah masyarakat Palestina di Tepi Barat dan semua tanah yang dikuasai Israel di Golan, misalnya. Ekstrimis Yahudi dibangunkan ratusan pemukiman. Imbalannya dukungan secara politik kepada Bibi.

Ehud Barak sebagai Menteri Pertahanan terkenal bengis terhadap minoritas warga Palestina. Shimon Peres, Presiden Israel terkenal sangat keras kepala. Perdana Menteri Israel berkibar karena ketegasan dan kemampuannya memanfaatkan konflik dan memberikan gambaran yang salah tentang suatu fakta menyangkut keamanan Israel. Netanyahu selalu memanfaatkan dua orang itu sebagai kendaraan untuk melakukan kekerasan. Dengan adanya konflik keamanan maka rakyat Israel seolah melihat Bibi dan para pemimpin melindungi kepentingan Israel.

Maka, perundingan yang melibatkan Amerika Serikat, Russia, PBB dan Uni Eropa mengenai perdamaian antara Palestina dan Israel hanyalah tindakan untuk memberi gula-gula kepada dunia. Israel sesungguhnya tak akan memberikan kesempatan untuk terjadinya kemerdekaan Palestina. Palestina dan kerusuhan serta kondisi hubungan yang buruk dengan Palestina dan Iran, bagi Israel dan Netanyahu adalah keuntungan. Israel menimba keuntungan dari kisruh itu. Kuartet Perdamaian itu hanya omong kosong semata. Justru dengan adanya konflik dan masalah kekuasaan bisa diperpanjang. Konflik digunakan sebagai alat untuk menjaga dan mengelabuhi rakyat tentang keinginan berkuasa dan menutupi keburukan penguasa.

Untuk mendukung penciptaan konflik agar rakyat merasa nyaman ditipu oleh pencitraan, maka televisi dan media menjadi alat untuk penyampaian tipuan itu. Media massa elektronik, televise, internet, dan koran dijadikan alat kampanye dan pemberitaan sesuai kemauan penguasa. Lihat bagaimana Benjamin Netanyahu mengatakan akan membalas serangan Hamas yang menewaskan tiga warga Israel. Ehud Barak dan Shimon Peres sebagai corongnya. Itulah politik pencitraan.

Di Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, yang belajar dari Fox, belajar politik pencitraan ala Benjamin Netanyahu, seorang yang kebetulan Yahudi. Gaya melontarkan pernyataan dari para pembantunya, seperti Dipo Alam, juru bicara kepresidenan, staf ahli adalah suatu cara menciptakan konflik dan pembentukan opini. Contohnya, Dipo Alam melontarkan tudingan bahwa dua kementrian terlibat penggelembungan dana proyek. Dipo Alam hanya sedang mengalihkan isu kebobrokan Istana dan upaya mengalihkan Mafia Narkoba, grasi untuk gembong narkoba di Istana dengan kasus yang tak jelas.

Politik menciptakan konflik dan pembiaran terhadap kekerasan untuk menarik simpati juga dilakukan Israel. Israel membiarkan Phalangist membantai 3,000 warga Palestina di kamp pengungsi Sabra dan Shatila. Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pembiaran kerusuhan dan kekerasan atas Ahmadiyah, Syi'ah, konflik antar suku di Lampung, pembiaran konflik Gereja Yasmin, Gereja HKBP, konflik dan wacana yang seolah bertentangan antara KPK dan Polri, pembiaran organisasi kekerasan seperti FPI, dengan tujuan untuk membahagiakan mayoritas pendukung SBY. Ini format khas Fox yang dimiliki raja media Rupert Murdoch yang kebetulan seorang Yahudi.

Tidak salah dengan Yahudi. Tidak ada yang salah dengan Islam. Yang salah adalah tindakan tidak benar pencitraan yang menipu rakyat baik oleh Netanyahu maupun Susilo Bambang Yudhoyono. Netanyahu membunuhi teroris Hamas dengan tujuan menarik simpati warga Israel mayoritas Yahudi. Yudhoyono tidak bertindak tentang konflik Gereja Yasmin dan HKBP Bekasi dan tidak membubarkan FPI yang bergaya keras demi menyenangkan mayoritas warga Indonesia Islam.

"Jadi, SBY dan pembantunya, Bibi dan pembantunya sama-sama bertindak tidak benar demi politik pencitraan ala Yahudi dan Islam ya?" tanya Monahara si jelita bersamaan dengan Pingkan si cantik salah satu istri dari empat istri Dai.

"Bukan agama Yahudi dan Islamnya yang salah. SBY dan Natanyahunya!" tegas Cut Herdiani si cantik anggun salah satu dari empat istri Dai, meluruskan pendapat Monahara dan madunya, Pingkan.

"Yang jelas politik pencitraan tak akan menyelesaikan masalah. Sebabnya adalah motif pemanfaatan politik pencitraan saja sudah jelas untuk tujuan menipu orang. Mengalihkan perhatian warga dan masyarakat dengan isu dan konflik. Netanyahu menipu rakyat Israel demi pencitraan dia untuk pemilu Isreal bulan Januari. SBY melakukan pencitraan demi memertahankan kekuasaan karena belenggu kasus Bank Century!" tambah Dai nimbrung sambil berdiri melongok jendela menghadap tanah lapang kecil dekat kandang ayam Bangkok milik Sabung dan para tetangga.

"Oh begitu ya kesamaan SBY dan Netanyahu? Terima kasih, Om Niko. Jadi tahu kesamaan SBY dan Netanyahu. Kesamaan tujuan politikus menggunakan politik pencitraan yang jahat!" pungkas Monahara sambil menaiki Ducati Pingkan. Mereka akan creambath dan luluran agar tampak cantik jelita dan sehat.

"Oh jahatnya politik pencitraan Netanyahu dan SBY...," keluh Michael Corleone, salah satu anak Dai dari Pingkan berusia 7 tahun, sambil tiduran di pangkuanku. John Corleone, salah satu dari sembilan anak Dai sedang bermain dengan ayam Bangkok.

"Om Niko, terima kasih. Nanti kita undang Netanyahu menjadi presiden menggantikan SBY. Kan sudah sama!" timpal John Corleone, 7 tahun juga anak Dai dari Cut Herdiani.

Brakakkaak. Brakkak! Ayam-ayam pun beterbangan merayakan wacana baru akan datangnya Benjamin Natanyahu menjadi presiden RI dan SBY sebagai Perdana Menteri Israel! Kalau dalam sepakbola ada naturalisasi, kenapa untuk presiden kita tak boleh? Sama-sama membela negara.

"Bagaimana? Siapa setuju mengimpor Netanyahu dan mengekspor SBY ke Israel?" tanya Pingkan si jelita sambil menggenjot Ducatinya dan kabur bersama si cantik seksi Monahara....

Salam bahagia ala saya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun