Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gordon Brown: Stand with Malala on November 10th

23 Oktober 2012   00:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

T he world is encouraged as Malala Yousafzai continues her fight since being shot in the head by the Taliban simply because she wanted to go to school. This weekend when she stood up for the first time since being laid low by the dreadful attack, the world witnessed her standing up for 32 million girls around the world who are denied daily their right to go to a classroom and learn.

That is why we are declaring November 10th a global day of action for Malala and 32 million girls more. On that day, one month following the assassination attempt, as UN Special Envoy for Global Education, I will travel to Pakistan to deliver to President Zardariour million-plus petitionto make education a reality for all Pakistani children. We will let the world know that we will no longer accept keeping girls out of school. You can find out more and sign the petition by visitingwww.iammalala.org.

When I hand him the petition I will ask the President to lead governmental changes in policy to ensure the delivery of girls' education in Pakistan. I will also submit our petition to the United Nations to galvanize international support for the right of every child to go to school.

I will announce in addition a new foundation in Malala's honor as just a few weeks before her shooting she told her friends that her aim was to set up the Malala foundation to campaign for the 32 million girls around the world who are not at school.

I am now appealing to the international community of global citizens to lead this day of action.

Malala was prevented from going to school because Taliban ideologues favor discrimination against girls, believing girls' education is an obscenity. As Malala recognized, discrimination takes many forms, some of which are close to exploitation. In Bangladesh, for example, girls of ten years of age are snatched out of schools to become child brides, denied their childhoods. Across the globe nearly 100,000 girls are conscripted as child soldiers, robbed of their childhoods, while millions of others are forced into child labor and either kept out of school entirely or made to sacrifice their full learning potential.

Change is possible. Indeed it is not only possible -- it is the only alternative. We must continue the momentum from the UN Secretary-General'sEducation Firstinitiative to show that for the first time in history, the world will no longer let education be a privilege for the few -- but instead a right for all. On November 10th, we need to show our solidarity with Malala as global citizens.

Many are asking what they can do to show support. My response: what can you not do?

First, we all must add our names to the petitions so that more than one million people from around the world have declared their support, by visitingwww.iammalala.org. Governments across the world must know that in the 21st century we will no longer tolerate keeping children out of school.

Second, we must tell our friends to lend their voice by tweeting and posting "I am Malala" on our Facebook pages, and encouraging more to lend their voices to our petition. This is our moment to support Malala and we need to show her we are all here to continue her fight.

And third, on November 10th, when I travel to Pakistan as the UN Special Envoy, we need to show that the world is in solidarity with ensuring education for all children in the country. The public must mobilize with local events and social media campaigns to show that we all are Malala.

The last day of 2015 is our deadline to ensure that all children are in school. The campaign has been renewed because of the public outcry at what happened to Malala. And now the campaign can only be realized with your action. Malala may lie in hospital and she may have been silenced for now -- but millions who now carry her message can find in the run up to Malala Day on November 10th an opportunity to speak for her and ensure that action on girls' rights and children's education is no longer delayed.

Gordon Brown is UN Special Envoy for Global Education. Show your support for Malala on the day of action and in the build-up to it by visiting www.iammalala.org.

Gordon Brown: Mari Berdiri Bersama Malala pada 1o November 2012

Dunia merasa bersemangat menyambut kesembuhan Malala Yousafzai yang sedang berjuang melawan maut sejak dia ditembak oleh Taliban hanya karena dia ingin bersekolah. Akhir pekan kemarin untuk kali pertama Malala bisa berdiri sejak serangan membabi buta itu, dunia menyaksikan Malala berdiri untuk 32 juta anak perempuan di seluruh dunia yang hak belajar di sekolah dirampas dan dihalangi.

Itulah sebabnya PBB mencanangkan 10 November sebagai hari aksi sedunia untuk Malala dan 32 juta anak perempuan lainnya. Pada hari itu, satu bulan setelah upaya pembunuhan, Gordon Brown sebagai Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, akan mengunjungi Pakistan untuk menyerahkan petisi satu juta lebih kepada Presiden Zardari untuk mewujudkan pendidikan bagi semua anak di Pakistan. PBBakan menunjukkan kepada dunia bahwa kita semua tidak bisa menerima tindakan melarang anak-anak perempuan bersekolah. Kita bisa membaca lebih jauh tentang petisi itu di www.iammalala.org.

Pada saat Gordon Brown menyerahkan petisi dia akan meminta Presiden untuk memimpin perubahan-perubahan dalam kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak perempuan di Pakistan. Dia juga akan menyerahkan petisi kepada PBB untuk menggalang dukungan bagi pemberian hak bagi setiap anak untuk bersekolah.

Gordon Brown juga akan mengumumkan berdirinya yayasan baru untuk memberikan penghargaan kepada Malala karena hanya beberapa minggu sebelum penembakan terhadap dirinya Malala bercerita pada kawan-kawannya bahwa dia bermaksud mendirikan yayasan Malala untuk berkampanye bagi 32 juta anak perempuan di seluruh dunia yang tidak bersekolah.

Gordon Brown menyerukan kepada masyarakat internasional di seluruh dunia untuk memimpin aksi pada hari itu.

Malala dilarang bersekolah karena idiologi Taliban yang diskriminatif terhadap anak-anak perempuan, bahwa pendidikan bagi perempuan adalah pencabulan. Sebagaiamana Malala ketahuai, diskriminasi bisa dalam berbagai bentuk, sebagian besar mendekati eksploitasi. Di Bangladesh, contohnya, anak-anak perempuan seusia 10 tahun dikeluarkan dari sekolah untuk dinikahkan, masa kanak-kanak mereka direnggut. Di seluruh dunia sekitar 100, 000 anak-anak dipaksa menjadi tentara anak-anak, dirampok masa kanak-kanak mereka, sementara jutaan lainnya dipaksa menjadi pekerja anak baik dijauhkan dari sekilah atau dikorbankan potensi belajar mereka.

Perubahan adalah keniscayaan. Bukan hanya sangat mungkin – itu satu-satunya pilihan. Kita harus melanjutkan momentum dari Sekjen PBB tentang inisiatif Education First untuk menunjukkan kali pertama dalam sejarah, bahwa dunia tidak akan membiarkan pendidikan hanya menjadi hak eksklusif bagi sebagian orang saja – namun pendidikan adalah hak bagi semua orang. Pada 10 November, kita perlu menunjukkan solidaritas bersama Malala sebagai warga dunia.

Bagaimana cara memberikan dukungan?

Pertama, kita bisa menuliskan nama kita dalam petisi dengan mengunjungi www.iammalala.org. Pemerintah seluruh dunia harus tahu bahwa di abad 21 tidak ada lagi larangan anak-anak bersekolah.

Kedua, kita bisa memberitahu teman-teman kita dengan mengirim pesan lewat Twitter dan memposting “I am Malala” di halaman Facebook, dan mendorong lebih banyak menyuarakan suara untuk petisi kita. Inilah saat yang tepat untuk mendukung Malala dan kita membutuhkannya untuk menunjukkan kepada Malala bahwa kita semua melanjutkan perjuangannya.

Ketiga, pada tanggal 10 November, saat Gordon Brown berkunjung ke Pakistan sebagai Utusan Khusus PBB, kita perlu menunjukkan kepada dunia solidaritas untuk memastikan pendidikan bagi anak-anak Pakistan terselenggara. Publik harus memobilisasi dengan kegiatan local dan kampanye media sosial untuk menunjukkan dukuangan kepada Malala.

Hari terakhir tahun 2015 adalah hari terakhir kita untuk memastikan semua anak bersekolah. Kampanyeini telah terdorong karena kegeraman publik pada kejadian yang dialami Malala. Dan kampanye ini hanya bisa terwujud dengan aksi kita semua, kalian semua. Malala mungkin masih tergolek di rumah sakit dan telah dibungkam sekarang – akan tetapi jutaan orang sekarang membawa pesannya yang dapat dilihat pada Hari Malala pada 10 November sebagai kesempatan untuk berbicara atas nama Malala dan memastikan aksi untuk anak-anak perempuan dan pendidikan anak-anak tidak lagi ditunda-tunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun