Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Vs Polri, SBY dan 7 Keajaiban Prinsip Kepemimpinannya

6 Oktober 2012   08:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:11 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kelima, prinsip mendelegasikan kewenangan sepenuhnya kepada bawahan tanpa mengawasi. Karena prinsip pertama begitu kuat, maka SBY memimpin dengan cara dipimpin oleh anak buahnya. Artinya SBY tak perlu tahu apapun yang dilakukan oleh misalnya Kapolri Timur Pradopo. SBY tidak akan mencampuri kewenangan para menterinya yang terindikasi korupsi misalnya. SBY tunduk kepada Golkar, PKS yang anggota Sekgab Koalisi, misalnya. Ini wujud prinsip ‘memimpin adalah dipimpin anak buah'. Nah, hebat bukan?
"Iya hahaha hebat! Trus..." sahut kami semua terpana mendengar kelebihan SBY yang dipaparkan si cantik Monahara.

Keenam, berkuasa dengan tidak berkuasa. Artinya sebagai penguasa, tidak perlu menunjukkan kekuasaannya. Toh semua orang tahu dia berkuasa. Makanya kekuasaannya diambil oleh banyak orang yang sok berkuasa. Nah, SBY nyaman sekali berkuasa tetapi tidak berkuasa. Dalam kasus SBY, semua menteri beramai-ramai menguasai kementeriannya tanpa campur tangan SBY.

"Bisa aja kamu Monahara! Ha ha ha," timpal Pingkan sambil tertawa.

Ketujuh, prinsip membosankan adalah menarik. Nah, makanya SBY kalau berpidato tidak menarik sama sekali. Anak-anak SD saja pernah di taman mini tertidur mendengar pidato SBY. Bagi SBY pidatonya menarik, namun bagi anak SD pidato SBY membosankan. He he he he.

Kedelapan, tidak tegas adalah ketegasan. Makanya ketika disuruh memilih antara memihak KPK atau Polri, SBY memilih diam artinya berbicara, takut artinya berani, tidak memimpin berarti memimpin, dan seterusnya....

"Terima kasih Monahara untuk pidato yang tidak menarik. Artinya, pidato kamu menarik! Hahahaha. Prinsip terbolak-balik. He he he," kataku.

Kami semua bertepuk tangan menyambut kepemimpinan SBY yang baru saja dipaparkan oleh Monahara.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun