Kelima, prinsip mendelegasikan kewenangan sepenuhnya kepada bawahan tanpa mengawasi. Karena prinsip pertama begitu kuat, maka SBY memimpin dengan cara dipimpin oleh anak buahnya. Artinya SBY tak perlu tahu apapun yang dilakukan oleh misalnya Kapolri Timur Pradopo. SBY tidak akan mencampuri kewenangan para menterinya yang terindikasi korupsi misalnya. SBY tunduk kepada Golkar, PKS yang anggota Sekgab Koalisi, misalnya. Ini wujud prinsip ‘memimpin adalah dipimpin anak buah'. Nah, hebat bukan?
"Iya hahaha hebat! Trus..." sahut kami semua terpana mendengar kelebihan SBY yang dipaparkan si cantik Monahara.
Keenam, berkuasa dengan tidak berkuasa. Artinya sebagai penguasa, tidak perlu menunjukkan kekuasaannya. Toh semua orang tahu dia berkuasa. Makanya kekuasaannya diambil oleh banyak orang yang sok berkuasa. Nah, SBY nyaman sekali berkuasa tetapi tidak berkuasa. Dalam kasus SBY, semua menteri beramai-ramai menguasai kementeriannya tanpa campur tangan SBY.
"Bisa aja kamu Monahara! Ha ha ha," timpal Pingkan sambil tertawa.
Ketujuh, prinsip membosankan adalah menarik. Nah, makanya SBY kalau berpidato tidak menarik sama sekali. Anak-anak SD saja pernah di taman mini tertidur mendengar pidato SBY. Bagi SBY pidatonya menarik, namun bagi anak SD pidato SBY membosankan. He he he he.
Kedelapan, tidak tegas adalah ketegasan. Makanya ketika disuruh memilih antara memihak KPK atau Polri, SBY memilih diam artinya berbicara, takut artinya berani, tidak memimpin berarti memimpin, dan seterusnya....
"Terima kasih Monahara untuk pidato yang tidak menarik. Artinya, pidato kamu menarik! Hahahaha. Prinsip terbolak-balik. He he he," kataku.
Kami semua bertepuk tangan menyambut kepemimpinan SBY yang baru saja dipaparkan oleh Monahara.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H