Jokowi-Puan maju sebagai pasangan capres PDIP - dengan syarat PDIP meraih suara 27% dalam pileg. Dalam pemilihan presiden 2014 ada dua kategori calon presiden. Keduanya adalah (1) capres didukung oleh orang anti korupsi dan (2) capres didukung oleh kelompok status quo alias koruptor. Para calon presiden kelompok pertama adalah para capres kelompok Jokowi dengan Cawapres Puan Maharani. Setelah dipastikan dicalonkan oleh PDIP, Jokowi-Puan Maharani memimpin dengan gerbong kelompok manusia yang disebut oleh kalangan pendukung status quo dan koruptor sebagai kurang waras.
Kenapa kurang waras? Karena menurut para koruptor - dengan menyebut hanya sedikit orang yang akan memilih Jokowi-Puan. Kenapa? Karena para koruptor akan menentang keras pencalonan Jokowi, dan para pendukung Jokowi dianggap kurang waras. Sisi Puan Maharani akan diserang habis-habisan sebagai kurang berpengalaman, sementara Jokowi dianggap tidak amanag karena meninggalkan posisi sebagai Gubernur DKI.
Kategori kedua adalah para capres dan cawapres yang didukung oleh gerbong para koruptor tadi yang menyebut diri sebagai orang waras. Siapakah mereka dan masuk kelompok mana para capres dan didukung oleh kelompok mana?
Kelompok pertama adalah para capres atau cawapres seperti Dahlan Iskan, Mahfud MD, Risma, Ridwan Kamil, Abraham Samad, Anies Baswedan - bukan Anis Matta si hedonis presiden partai agama PKS itu - dan Jokowi tentu. Kenapa mereka justru didukung oleh orang kurang waras? Karena mereka termasuk manusia kurang waras yang tak mendukung status quo alia korupsi. Dahlan Iskan melakukan perombakan di PT Kereta Api, juga melakukan revolusi diam di BUMN dan melakukan perubahan yang sangat luar biasa. Mahfud MD masih memiliki integritas tinggi.
Risma dan Ridwan Kamil mampu melakukan terobosan dalam hal melayani Kota Surabaya dan Bandung dengan inovasi kerja yang berhasil. Jokowi pun demikian. Abraham Samad jelas memiliki integritas tinggi untuk memimpin bangsa ini. Anies Baswedan, sosok cerdas dan pluralis serta cendikiawan yang sangat peduli bangsa dan rakyat. Namun demikian, kenyataannya sampai saat ini tak satu partai pun akan mengusung mereka. Kenapa?
Karena senyatanya para partai korup dan para pejabat dan keluarga kroni koruptor yang selama ini menjadi kontributor korupsi, kolusi dan nepotisme, tak akan membiarkan kehidupan mereka sebagai perampok dan pencuri berubah. Nah, hanya orang gila dan tak waras saja yang mau berubah dari hidup nyaman sebagai korupor dengan menghidupi anak-istri dengan segala kekayaan haram, berubah menjadi tidak korupsi dan hidup sederhana-cukup.
Kebiasaan para keluarga koruptor akan sulit mendukung orang bersih dan benar dalam memimpin bangsa. Para orang status quo itu semuanya menjadi orang waras yang hanya akan mendukung para partai dan para capres yang pekerjaannya main prosotan. Main prosotan?
Ya. Kelompok kedua para capres yang didukung oleh orang waras tadi disebut sebagai kelompok capres yang hobinya main prosotan. Prosotan adalah alat permainan bagi anak-anak balita. Nah, balita menggunakan prosotan sebagai alat permainan untuk kepuasan dan hiburan serta permainan mereka.
Kekuasaan buat mereka akan dijadikan mainan untuk kelompok, kroni dan partainya, dan diyakini akan korup. Mereka tak peduli dengan orang lain: yang penting bahagia buat diri sendiri seperti anak-anak balita main prosotan di taman.
Nah, dalam diri capres pun muncul para capres kelas mental prosotan ini walaupun usia mereka bukan anak-anak lagi. Para capres prosotan ini didukung oleh kalangan orang berusia tua, lanjut dan jompo secara politik dan tak berprestasi secara pemerintahan atau saat berkuasa dulu.
Yang termasuk capres prosotan jelas seperti si lumpur Lapindo Aburizal Bakrie, si culun Pramono Edhie Wibowo, the masa lalu person Wiranto, dan mantan jenderal tegas dan berani perang melawan Singapura dan Malaysia Prabowo Subianto. Si wani piro Hidayat Nur Wahid yang gatot alias gagal total di DKI namun dengan pedenya mau maju nyapres lewat partai agama PKS.
Termasuk dalam kelompok capres prosotan adalah satria bergitar poligami Rhoma Irama, si mbah Surya D Ali, si hedonis Anis Matta, penguasa bisnis BJB Ahmad Heryawan, perempuan dengan body paling indah di dunia akhirat Angel Lelga, si revolusioner musuh Mbak Tutut dalam rebutan MNC/TPI Hary Tanoesoedibjo, si rambut perak Hatta Rajasa, semuanya termasuk pula dalam kategori capres prosotan.
Jadi, publik kini dihadapkan pada dua kelompok, kelompok capres yang didukung oleh orang kurang waras kerena para capres ini nyleneh dan kurang waras dianggap oleh para penyembah status quo yang korup. Kelompok pertama ini adalah Jokowi, Dahlan Iskan, Mahfud MD, Anies Baswedan, Jusuf Kalla, dkk.
Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok capres prosotan yang didukung oleh orang waras, mereka termasuk Aburizal Bakrie, Angel Lelga, Rhoma Irama, Hidayat N Wahid, Pramono Edhie Wibowo dan sebagainya....
Nah, sekarang tinggal pilih Jokowi-Puan Maharani dan disebut kurang waras atau mau pilih calon presiden kelompok prosotan seperti ARB dengan konsekuensi Anda dijuluki orang waras. Hayo pilih waras atau tak waras? Hahahahah
Satu lagi. Keselamatan Jokowi menjadi penting karena catatan buruk seperti meninggalnya Baharuddin Lopa yang konyol perlu kita ingat.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H