Manuver Amien Rais yang mengumpulkan para partai berbasis Islam, PKB, PAN, PBB, PKS, membuat peta koalisi berantakan. Bahkan diyakini bahwa manuver Amien Rais mampu melahirkan Satrio Piningit. Peta baru koalisi tergambarkan bentuknya. Terlepas dari isu kontroversial Amien Rais, gagasan yang dibawa oleh empat partai Islam itu akan mewarnai keputusan bagi PDIP, Gerindra, dan Golkar.
Isu pentingnya suara umat Islam menjadi titik sentral diskusi. Sejak awal penulis telah menuliskan bahwa kekuatan partai berbasis agama akan menentukan arah koalisi. Apakah faktor pendorong terbentuknya poros baru dan dampak bagi pencalonan Jokowi, Ical dan Prabowo?
Ada tiga alasan pendorong terbentuknya koalisi poros baru yang disebut Poros Indonesia Raya yang digagas Amien Rais. Dan, ini jangan diremehkan dan sangat mungkin terbentuk.
Pertama, kegagalan PDIP (19%), Golkar (14%) dan Gerindra (11%) mendominasi perolehan suara pileg dan meratanya perolehan partai berbasis Islam PKB (9%), PPP (6%), PAN (7%), PKS (7%) dan ‘keberhasilan' NasDem (6%) Demokrat (10%) dan Hanura (5%) membuat setiap partai penting dan menentukan.
Maka koalisi NasDem-PDIP membuyarkan semua partai - yang menyebabkan PDIP-Nasdem menjadi partai pertama yang dipastikan mampu mengusung capres-cawapres berdasarkan jumlah kursi di Parlemen yang mendekati angka 25%. Golkar dan Hanura masih membutuhkan satu partai untuk mengusung Ical.
Sementara Gerindra belum mendapatkan satu pun calon partai koalisi - meskipun bermodalkan Prabowo yang digadang akan menang melawan Jokowi - namun realita sebagai partai menengah mendekati perolehan suara Demokrat menimbulkan posisi tawar rendah. Akibatnya, Gerindra menjadi satu-satunya partai yang mengobral dagang sapi dan kursi.
Sedangkan koalisi ramping PDIP-NasDem mengakibatkan dampak yang luar biasa bagi semua partai. Tradisi bag-bagi kue kursi akan terpangkaskan. Kekuatan dan nilai tawar semua partai meningkat namun sekaligus menurunkan nilai tawar Golkar dan Gerindra. Justru Demokrat, PAN, PPP, PKB, PKS, memiliki posisi tawar yang sangat tinggi.
Kondisi ini memicu partai berbasis Islam melakukan perhitungan ulang. Kalau sebelumnya PKB (9%), PPP (6%), PAN (7%), PKS (7%) terpecah ingin bergabung dengan Jokowi atau Prabowo, dengan kondisi riil dan nyata peta pertarungan berubah, maka kesempatan menyatukan poros koalisi baru terbukti akan terjadi dan sangat feasible.
Kedua, daya tolak terhadap tiga capres (Jokowi, Ical, Prabowo) di masyarakat ternyata tinggi. Tingginya elektabilitas Jokowi ternyata dibarengi dengan kontroversi dari lawan politik Prabowo yang efektif membangun opini keburukan Jokowi. Tindakan kampanye hitam dan putih serta abu-abu Prabowo ternyata juga semakin membuat Prabowo tak nyaman. Isu pelanggaran HAM dan penculikan yang terbukti menghempaskan Prabowo dari kursi Danjen Kopassus waktu itu.
Hasil kampanye hitam putih dan hijau, baik bagi Jokowi maupun Prabowo menimbulkan pergesekan di masyarakat dan memiliki daya tolak. Sementara Aburizal Bakrie yang sudah kalah sebelum bertanding tetap tak beranjak dan tenang dengan isu Lumpur Lapindo yang tak akan meningkatkan kesempatan menjadi presiden.
Kondisi Jokowi yang menjadi abu-abu elektabilitasnya dan penolakan mengingatkan penggirangan opini terhadap Megawati pada tahun 1999 ketika PDIP sebagai pemenang pemilu ditolak menjadi presiden dengan alasan perempuan - namun ketika Gus Dur dijatuhkan Megawati tetap menjadi presiden menggantikan Gus Dur. Aneh.
Kini kondisi relatif sama terjadi. Gesekan di masyarakat terkait pencalonan Jokowi dan Prabowo memungkinkan lahirnya tokoh baru yang menjadi antithesis Jokowi dan Prabowo. Jika koalisi baru pimpinan Amien Rais terbentuk ke mana arah dan siapa calon presiden yang mereka usung?
Jika emat partai Islam ini bersatu memmbangun koalisi pun kemungkinannya adalah poros koalisi baru (1) akan mendukung capres Prabowo Subianto dengan jargon yang penting bukan Jokowi dan PDIP, (2) mendukung capres alternatif dari partai berbasis islam menjadi Satrio Piningit, (3) akan menggandeng Demokrat menunjuk Satrio Piningit pula. Akankah kejutan terjadi dengan Jokowi dan Prabowo plus seluruh partai Islam melawan dengan Ical digandeng Demokrat, atau Jokowi, Ical dan Satrio Piningit? Dengan Prabowo tersingkir dari pencalonan sebagai capres. Semua tergantung kepada empat partai Islam dan Demokrat.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H