Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Singkirkan Hatta Rajasa, PKS-Gerindra Usung Prabowo-Hidayat

29 April 2014   17:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik begitu dinamis. Belum sepekan Prabowo-Hatta Rajasa diwacanakan, kini muncul wacana baru: Prabowo-Hidayat Nur Wahid. Koalisi PKS-Gerindra tinggal menunggu ketukan palu Majelis Syuro yang terdiri dari lima orang. Melihat sepak terjang PKS, diyakini bahwa PKS dipastikan akan merapat dan mendukung Prabowo. Ada kondisi obyektif yang membuat PKS mendukung Gerindra. Mampukah Prabowo-Hidayat yang menyingkirkan peluang Hatta Rajasaa menjadi kuda hitam? Bagaimana peluang Prabowo-Hidayat Nur Wahid?

Pertama, pasangan Prabowo-HNW diyakini akan mampu menarik pemilih dan mampu menjawab kebutuhan akan pasangan yang nasionalis agamis. PKS dan Gerindra cocok berdampingan untuk memenuhi kebutuhan pasangan yang peduli dengan persoalan agama - terutama memenuhi hasyrat dan kemauan politik keagamaan PKS. Gerindra sebagai partai yang peduli agama dan pemurnian agama yang harus dijaga oleh negara. Itulah titik temu PKS dan Gerindra yang menarik bagi Majelis Syuro PKS dan diyakini akan menentukan arah PKS dalam berkoalisi.

Kedua, adanya keyakinan dan perasaan luar biasa di kalangan kader PKS dan pendukung Gerindra yang menganggap mereka sebagai rising stars. Artinya kedua partai ini adalah partai yang berhasil memenanggi pileg 2014. PKS sukses mengikuti pileg 2014 di tengah kasus koruupsi Luthfi Hasan Ishaaq. PKS berhasil lolos dari electoral threshold dan mengantongi suara 7 % kursi DPR. Partai Gerindra mendapatkan kemenangan 300% perolehan kursi DPR di pileg 09 April 2014 dengan 11% dibandingkan 3,2% pada pileg 2009. Jadi sesungguhnya PKS menjadi pemenang pileg kemarin bersama Gerindra.

Ketiga, platform PKS dan Gerindra tentang pemurnian agama menjadi daya tarik kedua partai dan konstituen. Publik dengan dimotori oleh Gerindra dan tentunya PKS memiliki kepentingan dengan hal ini. Manifesto Gerindra dalam bidang agama menjadi landasan kuat merapatnya PKS ke Gerindra.

Berikut kutipan Manifesto Perjuangan Partai Gerindra di bidang agama: "Manifesto Perjuangan Partai Gerindra" dalam bidang agama "Pemerintah/negara wajib mengatur kebebasan di dalam menjalankan agama atau kepercayaan. Negara juga dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama".

Dengan adanya manifesto tersebut, maka diyakini bahwa PKS telah mendapatkan partner yang cocok. Jika diperhatikan manifesto tersebut akan membuat negara mengawasi segala bentuk penyelewengan dan penistaan dari ajaran agama. Artinya negara menjadi pengatur dan penentu pemurnian agama. Kondisi ini mengingatkan pada zaman Kekuasaan Gereja di Eropa ketika Gereja menentukan kebenaran, arah, keyakinan beragama dan beriman publik atau rakyat.

Negara menjadi penentu kebenaran dan pengadil atau menghakimi agama dan keyakinan penduduk. Penyimpangan atau bid'ah dalam sejarah Eropa menjadi acuan kebenaran dan pengendali. Jadi ketika terjadi perbedaan pandangan dalam beragama, maka kelompok dominan yang status quo, menjadi rujukan pemerintah. Dalam hal yang seperti ini PKS dan Gerindra memiliki kesamaan dan akan sangat elegan kalau keduanya saling mendukung. Ini tentu akan disambut oleh rakyat dengan sepenuh jiwa dan raga untuk memenangkan kepentingan Gerindra dan PKS.

Keempat, kekuatan kader PKS tak diragukan lagi dalam memenangi pilgub berbagai daerah di Jawa Barat, di Sumut, di Jawa Tengah dan di Lampung menjadi acuan bahwa PKS akan mampu mendongkrak perolehan suara. Optimisme ini mendorong Gerindra menerima dan membuka kesempatan bagi HNW menjadi wapres Prabowo.

Kelima, apalagi posisi Hidayat Nur Wahid sebagai cawapres - sebagai arsitek wani piro - menjadi daya tarik tak hanya bagi kader PKS namun juga semua elemen masyarakat seperti FPI, MUI, FUI, dan semua elemen gerakan agama yang memiliki pendukung puluhan juta.

Keenam, elektabilitas Prabowo yang di atas Jokowi jika elektabilitas Prabowo-HNW digabungkan. Prabowo-HNW menempati urutan pertama dengan 46% jika digabungkan mengungguli Jokowi di tempat kedua dengan 41% sendirian.

Dengan perhitungan dan pertimbangan di atas, maka tak mengherankan jika PKS - melalui Majelis Syuro-nya akhirnya berhasil merebut posisi cawapres yang sebelumnya dihuni oleh Hatta Rajasa. Posisi Hatta digantikan oleh HNW karena bagi Gerindra lebih prospektif dengan PKS dibandingkan dengan PAN yang hanya memiliki pendukun mayoritas warga Muhammadiyah. Gerindra membutuhkan PKS yang memiliki pendukung dari banyak ormas keagamaan seperti FPI, FUI dan tentunya MUI.

Tentang peluang memenangi kursi presiden-wakil presiden, pasangan Prabowo-HNW tetap akan tergantung pada siapa pasangan pendamping Jokowi. Jika Mahfud MD - mengingat koalisi PKB dan PDIP - menjadi pasangan Jokowi, atau bahkan Abraham Samad, maka dipastikan bahwa Prabowo-HNW akan terpental. Dalam politik saat ini, hanya siapa yang mendapat dukungan PKB akan memenangkan kursi presiden RI. Entah Prabowo atau Jokowi yang akan mendapatkan dukungan PKB.

Kenapa? Saat ini NU dan para kiai NU tengah berupaya untuk menggalang dukungan tunggal. Langkah PPP tampak sekali ingin membangun koalisi besar. Pertanyaannya, ke mana dukungan tersebut, ke Prabowo atau Jokowi atau poros lain dengan menggandeng Demokrat. Itulah yang menentukan.

Pemenang kursi presiden saat ini (Prabowo atau Jokowi - yang lainnya tak usah dihitung) adalah yang didukung oleh PKB alias NU alias para kiai langitan. Jadi jika PKS dan Gerindra mengusung Prabowo-Hidayat, maka sama saja dengan mengusung Prabowo-Hatta Rajasa. Kenapa? Karena dalam pilpres nanti capres yang tak melibatkan atau didukung oleh PKB akan kalah. Ini juga menjadi catatan bagi Jokowi yang 99% akan berkoalisi dengan PDIP-NasDem. Tanpa PKB, Jokowi akan kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun