Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Faktor Penentu Kemenangan Prabowo-Hatta

12 Juni 2014   00:12 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda mau tahu alasan Prabowo akan memenangi kursi presiden? Soliditas dukungan para partai koalisi. Sebaliknya, jika para partai tak solid, dipastikan Prabowo akan kalah. Jadi penyebab kekalahan bukan karena masalah HAM, bukan karena masalah penculikan, juga bukan masalah kemampuan berlogika yang pas-pasan Prabowo. Juga bukan karena orientasi pikiran anak lelakinya Didik yang designer di Paris itu. Bukan pula karena kegagalan memenuhi syarat rujuk dengan Titiek Soeharto. Bukan itu semua. Prabowo akan mengalami kekalahan dalam pilpres berdasarkan tanda-tanda yang kasat mata dan dapat dirasakan. Ada dua faktor internal koalisi dan eksternal koalisi yang menjadi indikasi kekalahan bagi Prabowo-Hatta. Mari kita telaah dengan suka cita ya.

Anomali elektabilitas Prabowo yang masih tertinggal dari Jokowi menjadi bukti kegagalan mesin partai koalisi Gerindra. Secara asimetris, dukungan Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PPP, PBB, Demokrat yang 58% suara rakyat dengan mudah membalikkan hasil survei keunggulan Jokowi. Jika mesin partai bekerja, maka dipastikan akan dengan mudah hasil survei berbalik dengan pasangan Prahara alias Prabowo-Hatta akan unggul dalam jajak pendapat. Namun hasilnya 3 minggu jelang masa tenang, Prahara masih tertinggal dan terseok-seok.

Selain itu, di berbagai kesempatan di masyarakat, tidak tampak adanya antusiasme yang dahsyat terkait dukungan 58% suara para partai Koalisi Gerindra tersebut. Saling mengandalkan antar partai dan kecurigaan antar partai tentang pembagian kue kekuasaan yang menyebabkan para partai tak all-out mendukung kemenangan Prabowo-Hatta Rajasa. Bagaimana dan seperti apa perpecahan di dalam tubuh Koalisi Gerindra itu yang dipastikan akan menggagalkan Prabowo menjadi presiden RI?

Faktor internal Koalisi Gerindra. Perpecahan partai koalisi. Pembicaraan antar partai PKS dan Golkar yang berebut kursi strategis yang kebetulan telah didapatkan oleh PKS menjadi masalah. PKS dengan cerdik telah menandatangani perjanjian pembagian kursi untuk posisi kunci. Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Pertanian, Sosial, Pertanian, Pertambangan, Dalam Negeri, dan Kemenpan telah menjadi jatah PKS. PPP mendapatkan posisi strategis pula karena menjadi partai yang mula-mula mendukung Prabowo.

PAN pun akan menempatkan beberapa orang seperti Dradjat Wibowo, dll dalam posisi kunci, selain posisi wakil presiden.

Masuknya Golkar membuat pembagian kue berantakan. Golkar menginginkan posisi Menko Ekuin yang kebetulan sudah dikapling oleh PAN dengan Dradjat Wibowo sebagai menteri. Belum lagi Mahfud MD dijanjikan menjadi Menkopolkam HAM oleh Prabowo. Rhoma Irama pun sudah disediakan posisi Menteri Pariwisata dan Kesenian dengan wakil menteri kemungkinan dijabat oleh Ahmad Dhani.

Politisi Gerindra Fadli Zon pun tampaknya menjadi jengah dengan banyak sekali kue kekuasaan yang terbagi. Pada awalnya Fadli Zon masih nyaman dengan pembagian kekuasaan dan kue kursi. Namun melihat sepak terjang Aburizal Bakrie yang sekarang tampak dominan, Fadli Zon merasa bahwa benar ARB akan menempati posisi sebagai Menteri Utama alias Perdana Menteri atau seperti Perdana Menteri yang membawahi semua menteri coordinator. Kemenko Hukum dan HAM, Kemenko Ekuin, Kemenko Kesra berada di bawah kekuasaan Menteri Utama.

Masuknya Golkar mengubah semangat para ketua partai koalisi untuk all-out mendukung Prabowo. Mesin partai diyakini adem ayem saja. Koalisi Prabowo mengandalkan mesin partai. Mesin partai yang terkoyak akibat rebutan jabatan.

Golkar yang terkoyak justru membuat beban bagi Prabowo. Jaminan Golkar solid ternyata hanya pepesan kosong. Prabowo hanya mendapatkan janji. Faktanya kalangan muda Golkar - yang sebagian besar adalah para pengusaha muda yang memiliki gerbong panjang pengikut membuat dukungan Golkar hanya terjadi di kalangan elite Golkar. Jadi elite Golkar hanya membawa gerbong kosong tanpa pengikut.

Selain itu, para kader PKS, PAN dan Gerindra sendiri mengalami kekosongan semangat karena tampaknya Prabowo-Hatta telah disandera oleh kepentingan besar Aburizal Bakrie. Yang menarik adalah, anggapan bahwa Golkar yang datang terakhir - yang loyalitas dan kontribusi suaranya tak jelas solid tiba-tiba mendapatkan kue kekuasaan terbesar. Ini menimbulkan pertanyaan di antara para kader dan pentolan partai.

Jadi faktor masuknya Golkar sebenarnya menjadi beban bagi Prabowo karena Aburizal Bakrie memiliki dosa abadi dalam jiwa setiap manusia normal ingatan yakni kasus Lumpur Lapindo - kasus Lumpur ini pula yang sebenarnya membuat ARB tak mendapatkan dukungan baik internal maupun eksternal dan gagal mencalonkan dirinya akibat perpecahan di dalam tubuh Golkar. Perpecahan tentang ARB dengan eksponen dan kader serta pentolan Golkar terbukti pecahnya dukungan Golkar ke Prabowo dan Jokowi.

Faktor eksternal. Di sisi lain, tampaknya dalam koalisi PDIP tak tampak ribut-ribut soal pembagian kue kursi. Kue kursi baru akan dibagikan setelah kemenangan diraih berdasarkan kompetensi. Soliditas partai-partai minoritas dalam kerjasama PDIP, PKB, NasDem dan PKPI ini jelas memberikan perlawanan yang tak bisa dianggap sepele.

Selain itu, massa mengambang alias swing voters yang meliputi 40% pemilih juga sangat menentukan. Massa mengambang ini akan menentukan berdasarkan hati nurani dan termasuk para pembuat keputusan yang cerdas. Kelompok golput ini sebenarnya akan sulit diajak untuk memilih kecuali ada kekuatan besar - seperti ketika 1999 Megawati dimenangkan oleh rakyat. Yang terjadi kini, kekuatan dukungan rakyat masih 50%-50% untuk Prabowo dan Jokowi.

Dengan dua faktor internal dan eksternal yakni (1) perpecahan koalisi Gerindra akibat masuknya Golkar yang menyabot kenyamanan para partai seperti PKS, PAN dan PPP, serta (2) soliditas koalisi PDIP, dan (3) posisi massa mengambang yang masih seimbang sebagai pendukung Jokowi dan Prabowo yang sama-sama popular, telah menyebabkan Prabowo akan mengalami kekalahan dalam Pilpres 2014.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun