Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kesamaan Jerman dan Argentina-Brasil antara Jokowi dan Prabowo

14 Juli 2014   15:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:22 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sementara Jokowi dengan seluruh ahli Timses-nya menjadi pihak yang bertahan dari kampanye hitam. Kondisi ini membuat Jokowi lebih waspada dan dapat keluar dari tekanan dan bekerja lebih keras untuk melawan kampanye hitam. Keyakinan konvensional tentang taktik pemanfaatan ilmu komunikasi - dan bukan hanya mengandalkan media sosial dan mesin partai - yakni ilmu komunikasi politik dan komunikasi massa - benar-benar dimanfaatkan.

Keyakinan bahwa kampanye hitam tidak dan belum pernah terbukti menang dipegang teguh oleh Timses Jokowi. Semantara kubu Prabowo bahkan membela Obor Rakyat dan seterusnya yang menjauhi teori komunikasi massa dasar dan mengandalkan konsultan IT Noudhy Valdryno dan Fadli ZOn yang sama sekali reputasinya akan kalah jika dibandingkan dengan Denny JA.

Dalam hal pelatih, Loew adalah pelatih yang tenang seperti ketenangan Tjahjo Kumolo. Dengan cermat Loew dan Tjahjo mengamati dan menganalisa permainan lawan. Sementara Scolari adalah pelatih yang lebih mengandalkan Neymar atau jika Argentina Messi secara berlebihan. Akibatnya, ketika Neymar dan Messi gagal maka kegagalanlah yang diraih.

Demikian pula terhadap Prabowo, Prabowo lebih banyak mengandalkan janji-janji kemenangan dari Golkar, PKS yang sebenarnya sulit diprediksi. Pun jika diibaratkan pelatih, Mahfud MD lebih banyak berbicara soal ‘mistik', ‘rujuk', kiai, keyakinan menang, yang jauh dari bekerja menganalisis seperti yang dilakukan oleh Loew atau pun Tjahjo Kumolo.

Jadi, Jerman dan Jokowi menang karena belajar dari dunia sepakbola yang mengajarkan kehidupan yang parallel. Sepakbola adalah gambaran kehidupan manusia secara lengkap dan utuh. Jokowi mengandalkan timses yang berpegang pada teori kampanye konvensional, seperti juga Jerman yang menerapkan aneka disiplin ilmu faal tubuh dan gizi untuk para pemain mereka. Demikian pula, Prabowo adalah gambaran Brasil yang penuh euphoria, dan Prabowo juga gambaran Argentina yang dibebani oleh sejarah, mitos, yang membebani langkah. Hasilnya Jokowi - seperti juga Jerman - menang pilpres 9 Juli 2014, sementara Prabowo - seperti Brasil dan Argentina - kalah hanya dengan skor 0-1, yakni hanya kalah dalam satu kali pilpres.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun