Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo-Jokowi dan Kronologi Pemenangan Pasca SBY Nyatakan Netral

14 Juli 2014   00:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:26 3488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keenam, tekanan kepada KPU tetap besar. KPU yang pada awalnya mendapatkan instruksi SBY dan akan menjalankan instruksi pertama, dianulir dengan instruksi kedua pada tanggal 11 Juli 2014, ketika Husni Kamil Manik tengah berada di Sumatera Barat - dalam rangka menjalankan ‘tugas' ditelepon oleh SBY dan SBY memerintahkan dengan tegas untuk mengundang ‘dua kubu' Prahara dan Jokowi-JK untuk mengawal suara.

Ketujuh, tanggal 12 Juli 2014, Prabowo menghilang dari umum. Bersamaan dengan itu Golkar digoyang keinginan untuk mendongkel Aburizal Bakrie. Makna digoyangnya ARB adalah di dalam internal Prabowo terdapat perasaan akan kalah. Kenapa? Golkar tidak terbiasa berada di luar struktur kekuasaan. Jika tak berperasaan Prabowo kalah, untuk apa ada wacana untuk menyeberang dan mendukung pemerintahan Jokowi dan meninggalkan koalisi Prahara? Artinya, Prahara diyakini akan kalah oleh internal Timses Prabowo-Hatta.

Kedelapan, selain itu, ternyata formulir paling penting C1 dan D1 dan rekapitulasi paling penting yakni di KPPS dan Kabupaten, secara simultan dijaga ketat oleh kedua timses Prahara dan Jokowi-JK. Hal ini membuat semua upaya yang diskenariokan oleh siapapun - Timses, KPU, SBY dan siapapun - yang keluar dari pakem mengalami hambatan yang luar biasa besar. Kondisi ini tentunya menjadi hambatan ‘skenario pemenangan awal terwujud.'

Namun, dasar dari upaya pemenangan itu tetap ada. Ketua KPU Husin Kamil Manik - yang pada awalnya telah komit untuk upaya menjaga suara - mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan penggiringan pemenangan. Husni Kamil Manik masih memberikan kesempatan kepada capres yang tak puas akan hasil pengumuman pemenang Pilpres oleh KPU mengindikasikan adanya ‘persiapan' untuk maju ke Mahkamah Konstitusi.

Husni Kamil Manik tidak bertanggung awab dan tak yakin bahwa keputusan KPU bersifat mutlak dalam arti memiliki integritas dan keabsahan hukum. Persoalan puas dan tidak puas dari pasangan capres bukan seharusnya diakomodir dan Husni Kamil Manik menyampaikan pernyataan yang dapat dimaknasi bahwa KPU tidak professional. Seharusnya KPU tegas menyatakan pengumuman pemenang Pilpres dapat dipertangungjawabkan. Pernyataan Husni Kamil Manik ini berpotensi menjatuhkan kredibilitas KPU sendiri dan sinyaleman upaya pemenangan menjadi semakin kuat.

Kesembilan, Timses Jokowi-JK yang disokong oleh berbagai elemen masyarakat dan netralnya SBY memberikan angin santai kepada Jokowi. Dengan tenang, Jokowi bersafari menemui para Timses dan relawan di Jakarta, Bandung dan berbagai kota lain. Selain itu Jokowi juga mengunjungi berbagai tokoh seperti Din Syamsuddin, PBNU, para relawan, untuk memberikan dukungan kepada upaya ‘menjaga' kemenangan Jokowi-JK.

Kesepuluh, berkembangnya kasus hukum terhadap LSN, JSI, Puskaptis, dan IRC. Peristiwa menghilangnya quick count - yang diragukan - dan juga PHBI melaporkan empat lembaga survei juga menunjukkan bahwa keempat lembaga survei itu telah menarik diri dan selesai tugasnya: memberi kesempatan untuk Prahara meng-claim diri menang dan seterusnya terserah Prabowo-Hatta.

Keempat lembaga ini tampaknya sudah tidak dibela lagi - termasuk TVOne dan MNC Group - yang dikecam sebagai lembaga survei yang tak kredibel. Berlindung dalam kekuasaan besar tampaknya tak memberikan jaminan masyarakat untuk tidak kritis. Oleh karenanya, surutnya 4 lembaga survei yang memenangkan Prahara mengindikasikan bahwa Prahara mulai kehilangan energi untuk menang.

Jadi, karena perkembangan baru terkait pesan (1) Barack Obama kepada SBY, (2) perubahan sikap SBY yang menarik dukungan kepada Prabowo-Hatta dan bersikap netral, (3) gerakan Timses Jokowi-JK dan masyarakat yang mengawal formulir C1 dan D1, (3) perubahan sikap Golkar yang akan mewacanakan dan menggelar munas berarti ada perasaan kalah di kubu Prabowo.

Untuk apa berniat menyeberang ke kubu Jokowi kalau Prabowo diyakini akan menang? Dan (4) pernyataan Husni Kamil Manik yang ‘menarik' dan ‘menyuruh' untuk ke Mahkamah Konstitusi, (5) ketenangan dan soliditas kawalan Timses dan relawan Jokowi mengawal ‘kemenangan'. Kelima hal itulah menjadi tanda kemenangan Jokowi-JK semakin nyata.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun