Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Gugat Pilpres, Dukungan Jenderal Atasan Prabowo, dan Kepribadian Prabowo

12 Agustus 2014   15:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:45 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di sini muncul semangat hebat Prabowo: tak mau kalah. Ingin selalu menang dan memaksakan kehendak. Ini sifat asli Prabowo. Kondisi ini semakin parah karena internal Timses Prahara memberikan data-data palsu serta informasi palsu yang Mahfud MD sendiri menganggap Prabowo dijerumuskan. Langkah-langkah Prabowo menunjukkan dirinya dikuasai oleh orang lain seperti para pentolan PKS, Aburizal Bakrie dan Idrus Marham sebagai sumber informasi Prabowo.

Fase ini menunjukkan Prabowo mengalami ketakutan akan kalah. Secara psikologi, Prabowo sebagai mantan tentara memiliki kepribadian pantang kalah, tak mau kalah. Kondisi ini ditambah lagi oleh komporan mitra koalisi yang tak semuanya baik. Kini Prabowo sejak kekalahannya mulai ditinggalkan oleh anggota Koalisi Merah Putih. Anis Matta, Ical, Hidayat Nur Wahid, Fahri Hamzah, Suryadharma Ali sudah jarang mengajak Prabowo sholat berjamaah. Juga mereka sudah jarang lagi memberikan pernyataan membela mati Prabowo.

Isi utama Pidato Polonia adalah upaya pamer kekuatan yang gagal total. Megalomania yang kebablasan. Untung kenegarawanan Presiden SBY, Panglima TNI Moeldoko, dan kesetiaan Jenderal Polisi Sutarman cuek dan tak menggubris pancingan pamer kekuatan Prabowo.

Secara psikologi, Prabowo adalah orang yang tak suka kesepian. Prabowo senang kondisi dan suasana gemerlap, meriah, dengan lingkungan penghormatan kepada dirinya. Prabowo merasa besar dan megalomania. Itulah sebabnya Prabowo tetap maju tak gentar - dengan komporan Ical, Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Idrus Marham dan tentu Fadli Zon - menggugat ke Mahkamah Konstitusi.

Gugatan Mahkamah Konsititusi, Pansus Pilpres, Sidang Istimewa MPR. Membuka fase kepribadian keempat Prabowo yakni ilusif dan delusif. Gugatan dan rangkaian upaya politis pasca putusan MK, yakni Pansus Pilpres, Sidang Istimewa MPR adalah upaya yang menunjukkan semangat kepribadian asli Prabowo yang ilusif dan delusif sekaligus.

Gugatan lemah dengan redaksional salah dijadikan alat untuk memenangkan kasus. Penggambaran kebenaran tergambar benar dalam diri sendiri, imajinasi kebenaran yang dirangkai dalam benak diri sendiri tanpa bukti kuat, dipaksakan tampil menjadi kebenaran berdasarkan alasan eksklusif diri sendiri yang penuh ilusi. Kenyataan yang bertolak belakang dengan logika dan kebenaran umum yang telah terjadi dibangun dan dikonstruksikan menjadi kebenaran sesuai intepretasi dan perasaan serta data ilusif pertimbangan dan asumsi subyektif pribadi.

Maka betapa compang-camping gugatan. Betapa para saksi Prahara mengarang cerita di berbagai TPS yang menuntut PSU (Pemungutan Suara Ulang) di Surabaya sedangkan TPS-TPS yang disebutkan oleh saksi sebenarnya tidak pernah ada. TPS-nya tidak ada.

Kesaksian yang dibangun itu memerparah Orasi Prabowo di MK sebelumnya yang menuduh pelaksanaan Pilpres 2014 tidak adil, merasa dicurangi, dan didzolimi yang semuanya dibangun atas asumsi sendiri. Contohnya ilusi data. Di Korea Utara tak pernah ada pemilihan presiden. Lebih aneh lagi Indonesia disamakan dengan dan sebagai negara fasis, komunis dan totaliter yang menjadi bahan tertawaan di media sosial seantero negeri.

Prabowo menjadi tergambarkan sebagai pribadi yang ilusif, delusive yang susah mengidentifikasi data dan angka, serta kemampuan meramu dan meracik angka secara sempurna. Secara psikologi, pemilik kepribadian ini akan sangat mudah marah, mudah terpengaruh, memiliki bayangan dan gambaran diri sendiri dan menafikan orang dan data lain. Itulah sebabnya Prabowo kurang mampu menghargai kekalahan dan tidak legowo.

Jadi, melihat rangkaian sepak terjang Prabowo semasa kampanye, kita menjadi paham kepribadian asli Prabowo. Itulah kepribadiaan asli Prabowo. Itu menjadi dapat dimengerti secara psikologis dan kepribadian Prabowo, sehingga tak satu pun Jenderal TNI mantan atasan Prabowo mendukungnya sebagai capres. Mereka tahu secara pasti bahwa secara psikologi dan kepribadian asli Prabowo. Dan berkat pilpres 2014, seluruh rakyat Indonesia tahu dan melihat sifat, sikap, kepribadian asli Prabowo yang menenggelamkan karir politik Prabowo untuk selama-lamanya.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun