Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yusril dan Keputusan MK, Prabowo Tetap Kalah dan Maju ke Pansus dan PTUN

19 Agustus 2014   15:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:09 3022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik mencermati langkah Yusril di Mahkamah Konstitusi. Meskipun keputusan MK Prabowo tetap kalah, akan tetapi keputusan MK - dan juga DKPP - akan menjadi alat baru untuk menjungkalkan Jokowi-JK lewat Pansus. Keputusan MK itu tak lain adalah rangkaian skenario lain yang akan menjadi amunisi baru bagi Prahara: Pansus, selain PTUN dan Komnas HAM. Bagaimana pemikiran Yusril dan pengaruhnya dalam sidang di MK?

Jauh hari sejak Yusril Ihza Mahendra menolak membela Jokowi-JK, telah dituliskan tentang gelagat peran Mahkamah Konstitusi (MK) yang bisa membuat keputusan mengejutkan. Jika dicermati dengan benar artikel tertanggal 17 Juli 2014 berjudul Di Balik Yusril Tolak Bela Jokowi dan Prabowo Menang di Mahkamah Konstitusi memaparkan seluruh pemikiran dan pergolakan Yusril serta kecenderungan Yusril. Dan tepat! Yusril membela Prahara. Kenapa akhirnya Yusril membela Prahara? Mari kita simak dengan hati gembira ria.

Melihat gelagat politik model Yusril dan kepribadian serta sepak terjang Yusril yang sangat labil secara pribadi, maka sudah sangat tepat Yusril membela Prabowo dan bahkan meminta MK membatalkan Pilpres 2014 seperti di Thailand.

Pernyataan dan kesaksian Yusril yang sebangun dan hanya menjadi sekelas dengan kelas Margarito Kamis tak mengejutkan bagi yang paham tentang Yusril. Yusril pernah membantu Tommy Soeharto untuk mentransfer uang Tommy pada saat dia menjadi menteri lewat kementerian yang Yusril pimpin. Tujuannya agar uang bisa ditransfer. Namun, jika dicermati dengan seksama, sikap Yusril itu memiliki berbagai sebab yang sangat khas Yusril dan para ideologi partai.

Pertama, ideologi Yusril yang pemilik Partai Bulan Bintang (PBB) yang sangat kuat, yang berakar di dalam jiwanya, tak akan pernah surut untuk membela kolega dan teman seperjuangan. PBB adalah partai ideologis yang militant dan susah untuk keluar dari keyakinan. Sekali berjuang di PBB, ke mana pun dia akan membawa ideologi dasar PBB. PBB mirip dengan PKS dalam bertingkah laku politik.
Kedua, Yusril mencoba memengaruhi anak buah Yusril di Mahkamah Konstitusi yakni Hamdan Zoulva. Hamdan Zoulva sepanjang persidangan menunjukkan bahwa DPKTb (daftar pemilih khusus tambahan) yang sudah jelas dasar hukumnya akan dijadikan alat masuk Prabowo untuk membuat keputusan oleh MK, meskipun DPKTb tak bisa diketahui bisa menguntungkan salah satu calon.

Selain itu Hamdan Zoulva juga memerlihatkan perhatian yang penuh terkait ‘pembukaan kotak suara' yang dijadikan obyek bahwa seluruh proses pemilu dianggap cacat hukum karena KPU membuka kotak suara. Substansi gugatan awal yakni terkait perolehan suara menjadi berubah: penyelenggaraan pemilu illegal. Pintu masuk hukum hanya berupa DPKTb dan KPU Membuka Kotak Suara menjadi bahan sengketa hukum yang akan dimanfaatkan memasuki kemenangan Prabowo. Selain Hamdan Zoulva, Patrialis Akbar pun, ideologi PAN perlu dicermati.

Akbar dan Hamdan adalah pentolan partai, sama dengan Yusril, akan sangat sulit untuk keluar dari keyakinan partai. Hal sama terjadi kepada Fadli Zon. Fadli Zon sebagai mantan pentolan Partai Bulan Bintang pun mengeluarkan manifesto Gerindra di bidang keagamaan yang menyebutkan bahwa Negara akan menentukan dan menjaga kemurnian agama. Manifesto Agama ciptaan Fadli Zon ini jelas menunjukkan ideologi PBB yang merasuk dalam diri Fadli Zon.

Ketiga, Yusril dalam seluruh tingkah laku politiknya menunjukkan diri sebagai pejuang agama Islam yang kental. Dalam konsep keyakinan seperti Yusril dan juga seperti PKS contohnya, langkah dan strategi politik apapun boleh dan akan dilakukan dengan bungkus kebenaran atau mirip kebenaran versi mereka.

Maka tak mengherankan jika Yusril bertindak membela kebenaran versi Yusril. Yusril, Hamdan, Fadli Zon akan membawa ideologi diri mereka untuk berjuang sesuai dengan keyakinan mereka. Kebetulan Prahara didukung oleh PAN, PBB, PPP, PKS yang kental sebagai partai berbasis agama Islam.

Para penganut ideologi khusus dan militan yang sudah mendarah daging akan berkiprah di dunia politik sebagai sarana untuk berjihad seperti yang dilakukan oleh PKS dengan tokoh-tokohnya seperti Luthfi Hasan Ishaaq, HIdayat Nur Wahid, Fahri Hamzah, dan tentu Anis Matta.

Ciri-ciri manusia atau penganut ideologi khusus seperti PBB dan PKS adalah selalu berkedok pada kepentingan bangsa, negara, dan agama. Padahal jika dicermati dengan baik, mereka adalah para penikmat kehidupan yang sangat senang dengan harta, takhta, dan wanita. Catatan-catatan tentang kehidupan pribadi - sebagai gambaran kehidupan diri mereka cenderung bersifat hedonis dan kontroversial. Para penganut ideologi militan termasuk Yusril, Hamdan, Patrialis Akbar dan juga para pentolan PKS akan memiliki pembenaran yang logis terkait kehidupan pribadi, sosial dan politik.

Maka dengan berbagai cara orang semacam Fahri Hamzah, Fadli Zon, Yusril, MS Kaban, dan bahkan Hamdan Zoulva akan melakukan berbagai cara untuk memenangkan dan menyenangkan diri dan kelompoknya karena ideologi yang telah tertanam di dalam jiwa mereka. Itu akan mereka bawa sampai kapan pun. Tak akan pernah surut perjuangan ideologis. Itulah politikus. Maka tak mengherankan jika Yusril pada akhirnya menampakkan diri lebih banyak sebagai seorang ideolog PBB. Seorang pentolan partai yang mengarahkan Hamdan Zoulva, anak buah ideologi Yusril di PBB.

Dengan demikian maka ketika keputusan MK dibacakan, sebagian kecil keputusan MK dibuat untuk memberikan ruang bagi Prabowo untuk maju ke Pansus 2014. Keputusan yang akan membawa ‘kekisruhan' politik tak akan ada ujungnya. Prabowo pun akan terus maju dan tak akan merasa legowo dan kalah. Penyebabnya: selain didukung oleh kapal karam Ical dan Idrus Marham, juga para ideolog partai yang sangat militant seperti Yusril, MS Kaban, SDA, Fahri Hamzah, Fadli Zon, dan lain-lain, yang merupakan para penikmat kehidupan yang masih senang dengan harta, takhta, dan wanita - seperti manusia umum pada umumnya yang tidak dipahami oleh publik. Publik hanya melihat di permukaan, sementara jika mau memahami seseorang secara utuh, ideologi seseorang dan sepak terjang kehidupan pribadi harus dipahami dan ditelisik.

Dukungan Yusril untuk Prahara - dan keputusan MK pada 21 Agustus 2014 - untuk sebagian memenangkan Prahara tak mengejutkan dan merupakan rangkaian perjuangan ideologi dalam diri Hamdan Zoulva, Patrialis Akbar dan tiga orang Hakim Konstitusi yang lain. Silakan telisik sendiri siapa tiga hakim konstitusi yang lain tersebut. Maka episode drama Prahara akan terus berlanjut ke mana saja yang bisa memenangkan Prabowo-Hatta. Dan, Prabowo dan kelompoknya lupa - atau sengaja nekat - rakyat sudah neg dan akan bergerak begitu kelakuan Prabowo dan kawan-kawan mencapai titik tak dapat ditolerir.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun