Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Prabowo, Ini Contoh Hasil Perang Hamas-Israel dan Derita Rakyat Palestina

29 Agustus 2014   03:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:14 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namun, rakyat Gaza akan ingat siapa yang membuat mereka mengalami malapetaka.

Dalam kesan yang sama, perang Gaza memiliki kesamaan dengan Perang Lebanon II tahun 2006. Kenyataan Hezbollah dikalahkan. Namun, Hasan Nasrallah tak mengakui kekalahan. Delapan tahun kemudian, berkat strategi Israel nyatanya Israel Utara menikmati ketenangan dan kedamaian.

Hezbollah pun tak berani lagi menyerang negara Yahudi. Sementara Nasrallah sendiri selalu bersembunyi ketakutan kehilangan nyawa. Kejadian ini akan sama dengan Hamas. Perang Gaza menunjukkan kegagalan taktik dan target. Pada awalnya Hamas menunjukkan determinasi dan kemampuan perang gerilnya kota.

Mereka mampu bertahan menghadapi mesin perang Israel yang sangat kuat. Mereka menghentikan operasi bandara dua hari, yang sedikit menghantam ekonomi Israel. Namun mereka gagal menyerang dengan strategi komando yang melakukan penyusupan lewat laut dan terowongan.

Tiga trio pemimpin yakni Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon dan Kepala Staff Keamanan Let. Jend. Benny Gantz, telah berhasil menahan diri untuk menghindari semakin banyaknya korban dengan mengesampingkan keinginan dan tekanan rakyat, yang mengingkan Israel membasmi Hamas tanpa sisa.

Netanyahu, Ya'alon dan Gantz memilih untuk tidak menduduki Gaza atau menurunkan Rezim Hamas dari kekuasan di Gaza. Kenapa mereka tidak melakukan itu? Itulah strategi Pak Prabowo. Di dalam perang, tidak selamanya menyerang. Terkadang mundur, maju, kompromi, lalu menyerang lagi.

Maka folosofi dan ideology perang harus pula ditambah dengan kecerdasan agar mencapai tujuan. Perang yang dilakukan hanya dengan dar der dor dor bukanlah perang, itu adalah pertempuran. Dan yang memimpin perang selalu seorang jenderal, seorang prajurit hanyalah menjalankan perintah dalam pertempuran.

Oleh sebab itu, bisa dipahami jika Pak Prabowo banyak melakukan pertempuran dan bukan perang. Dalam strategi perang, termasuk pilpres jika diibaratkan perang, Pak Prabowo menjadi prajurit yang menganggap diri jenderal dalam pertempuran. Sesungguhnya yang terjadi, Pak Prabowo menerapkan perang dengan strategi prajurit.

Oleh sebab itu maka, ketika Pilpres, banyak serangan-serangan dalam pertempuran - kampanye dan pidato - menunjukkan kekuatan prajurit dan bukan jenderal. Akibatnya, kalah dalam pertempuran - kampanye - dan kalah dalam perang - yakni gagal menjadi Presiden.

Pak Prabowo harus belajar dari Netanyahu yang mampu menyerang dan memimpin dengan baik. Sebentar lagi Pak Jokowi akan sekelas posisinya dengan Netanyahu sebagai kepala pemerintahan dan tentu Panglima Tertinggi TNI yang membawahi Jenderal-jenderal dan prajurit seluruh Indonesia. Dengan demikian, Pak Prabowo bisa belajar dari Pak Jokowi.

Nah, hasil dari perang itu adalah rakyat menderita. Maka menjadi lebih bijaksana jika jiwa perang, ideology perang, filosofi perang, yang menjadi keyakinan seorang prajurit, disimpan dalam strategi seorang jenderal seperti yang dilakukan oleh Netanyahu, Ya'alon, Gantz, atau bahkan Jokowi yang telah terbukti memenangkan perang Pilpres. Maka simpan ambisi perang dan bekerjalah untuk rakyat karena jika perselisihan terus terjadi, maka rakyatlah yang menderita: contohnya Perang Gaza 50 hari Hamas-Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun