Ketiga, 70 juta rakyat menonton akrobat politik dengan posisi wait and see. Jika kondisi politik dan politik sudah diarahkan untuk anti rakyat dan anti demokrasi dan sudah kebablasan, maka yang akan terjadi adalah rakyat akan bergerak untuk meluruskan arah politik yang salah. Media sosial Twitter yang menghujat dan mengritisi SBY jangan dianggap ‘hanya media sosial'. Faktanya adalah kekalahan Prabowo juga banyak disebabkan oleh tweets yang disampaikan oleh para artis seperti Afghan, Sherina Munaf, dll. Juga gerakan Arab Springs yang meluluhlantakkan Libya, Aljazair, Mesir, Syria dan Yaman bisa terjadi di Indonesia.
Maka, Hashim dengan pernyataannya yang mewakili kubu Prabowo - dan dibantah oleh Fadli Zon - menunjukkan penerapan teori dan strategi politik klasik yang biasa digunakan di negara otoriter: pamer kemuatan untuk menakut-nakuti. Teori dan strategi ini akan menjadi boomerang yang tak terbayangkan ketika Jokowi melakukan lima langkah (1) menghidupkan pengadilan HAM dengan target Prabowo, (2) merangkul militer aktif dengan posisinya sebagai Panglima Tertinggi TNI.
Lalu (3) mendorong kejaksaan agung, kepolisian, dan KPK untuk meningkatkan pemberantasan korupsi, (4) melakukan kompromi politik pada tahun 2015 dengan menawarkan kekuasaan kepada para partai anggota koalisi Prabowo, dan (5) membuat program kerja pro rakyat yang akhirnya mengadu domba antara rakyat dan DPR.
Jadi, kelima langkah ini menjadi bargaining position yang bisa dimainkan Jokowi dan akan membuat perimbangan kekuasaan antara Presiden Jokowi dan DPR setara. Pada saat itulah maka pernyataan Hashim saat ini hanya akan menjadi pemicu rontoknya koalisi Prabowo akibat strategi dan teori politik klasik: pamer kekuatan tanpa contingency plan. Maka seperti pada pilpres pada akhirnya Prabowo akan tersingkir dari peta politik nasional.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H