Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Tunda Tentukan Kabinet: Pamer Kekuatan dari Devide et Impera ke Serangan Frontal

24 Oktober 2014   15:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:54 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kini, dengan keempat strategi itu, Jokowi akan menunjuk para menteri yang bersih dari korupsi. Namun, tindakan Jokowi ini menimbulkan reaksi yang luar biasa.

Pertama, kalangan pendukung Jokowi di mitra koalisi dan Megawati terkejut. Keterkejutan ini disebabkan Jokowi berjalan sendirian dalam menentukan kabinet. Maka yang akan tampak terwujud adalah beberapa nama yang bersih dan kuat tetap akan menjadi anggota kabinet seperti calon menteri pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Selain itu, penyingkiran para orang Mega justru memberi peluang kepada Siti Nurbaya, Ferry Musyidan Baldan, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Selain itu, peluang melihat para menteri mumpuni seperti Komaruddin Hidayat dan Pratikno, serta Anies Baswedan semakin terwujud. Selain itu, peluang untuk memasukkan mantan petinggi militer dan pebisnis semakin terbuka lebar seperti Luhut Panjaitan dan bahkan Susi ‘Air' Pujiastuti selain Rusdi Kirana.

Kedua, para anggota DPR yang berseberangan dengan Jokowi selama ini seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon dan Hidayat Nur Wahid serta Nurul Arifin dan Tantowi Yahya gerah karena tak memahami langkah zig zag Jokowi yang seharusnya menjadi pesan peringatan taktik dan strategi unjuk kekuatan Jokowi.

Ketiga, para pangamat terpecah . Dua kubu pengamat misalnya oposan Jokowi Siti Zuhro berkomentar miring terhadap penundaan penentuan kabinet. Kubu netral seperti Ikrar Nusa Bhakti lebih taktis memahami penundaan terkait strategi Jokowi dalam memerintah.

Jadi sesungguhnya, penundaan penentuan kabinet adalah tindakan praktek strategi politik ‘testing the water' oleh Jokowi. Hasilnya, Jokowi langsung menyingkirkan dan mengubah strategi devide et impera ke devide at impera plus serangan frontal. Tujuan show off kekuatan Jokowi adalah memberi pesan kepada kawan dan lawan bahwa Jokowi-lah yang berkuasa.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun