Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Petral, Faisal Basri, Hatta Rajasa, dan Riza Chalid dalam Sepak Terjang Mafia Migas

5 Desember 2014   14:41 Diperbarui: 11 November 2015   16:03 88821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petral tetap menjadi sorotan dan harus dibubarkan. Tak tanggung-tanggung pakar perminyakan Kurtubi pun lantang meneriakkan pembubaran Petral. Faisal Basri berteriak tentang kebohongan Pertamina. Humas Pertamina menyebutkan tentang pengadaan BBM yang membeli langsung ke pemilik minyak alias NOC (National Oil Company) dan MOC (Main Oil Company). Petral menjadi pusat kekuasaan pasokan minyak selama puluhan tahun. Pemain utama gembong mafia Migas bernama Muhammad Riza Chalid yang memiliki kedekatan dengan Hatta Rajasa. Bagaimana dan kenapa Petral sulit dibubarkan dan Pertamina tetap menutup-nutupi sepak terjang Petral? Mari kita telaah dengan hati ria riang gembira bahagia dan sejahtera.

Petral adalah alat bagi Muhammad Reza Chalid untuk mengendalikan lima buah perusahaan dalam holding company Global Energy Resources. Lima anak perusahaan ini yang memermainkan kemenangan Riza Chalid dalam mengatur pengadaan minyak dari mulai riset pasar, tender, pengaturan pemenang tender, pengaturan harga termasuk titipan yang menjadi bagian bagi para anggota DPR, pejabat Pertamina, SKK Migas dan jelas anggota kabinet.

Kekuasaan Riza Chalid ini tumbuh sejak Riza Chalid masih muda sekitar usia 30-an tahun sejak zaman eyang saya Presiden Soeharto berkuasa. Dulu, Om Tommy dikabarkan menitipkan harga antara 1-3 dollar per barrel dengan nilai transaksi minyak lewat Petral sebesar kisaran Rp 274 triliun per tahun. Petral menjadi pintu masuk untuk mengeruk keuntungan mark up pengadaan minyak antara US $ 5-10 per barrel minyak. Kini Tommy telah tersingkir. Tersingkirnya Tommy menyebabkan kekosongan siapa yang diuntungkan selain Riza Chalid.

Maka berpindahlah kroni mafia migas ke kalangan yang lebih luas, yakni para anggota DPR, pejabat Pertamina, SKK Migas dan jelas anggota kabinet. Maka menjadi lebih jelas pintu masuk koruptor alumni ITB bernama Prof. DR. Ing. H M Rudi Rubiandini MSc, MM, LLM ketika tertangkap tangan. Dari situ Menteri ESDM Jero Wacik dan jajarannya, SKK Migas, Pertamina dan anggota DPR terlibat dan ditetapkan sebagai tersangka. Bagaimana dengan Hatta Rajasa?

Hatta Rajasa adalah orang kuat yang dekat sekali dengan Riza Chalid. Enam puluh (60 persen) menteri SBY masuk melalui Hatta Rajasa atas restu Riza Chalid. Bahkan pejabat Pertamina yang berseberangan seperti Ari Soemarno dipecat karena akan mengusik - atau akan masuk ke dalam Petral yang dikuasai oleh mafia migas. Riza Chalid adalah penentu posisi jabatan Direktur Pertamina.

Dan, Riza Chalid pulalah yang menentukan pajabat dan orang-orang tertentu yang akan mendapatkan kue industri mafia migas. Dan Hatta Rajasa pun tak akan tersentuh sebagaimana permainan Riza Chalid yang tidak tercantum dalam perusahaan GER, yakni Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium. Dalam GER pun hanya tercantum nama Iwan Prakoso, Fernandez P Charles dan Wong Fok Choy.

Saking kuatnya Riza Chalid ini, maka hampir semua kontrak kerja industri Migas dari hulu sampai hilir ditentukan oleh kroni Pertamina yang dipimpin oleh Riza Chalid ini. Para kontraktor Migas dan pejabat perusahaan minyak KKKS baik asing maupun lokal yang memiliki rekomendasi Riza Chalid dan orang-orangnya jelas akan memenangkan tender yang sudah diatur. Di dalamnya termasuk para trader, kontraktor drilling, catering, tanker, dsb yang luar biasa.

Hatta Rajasa sebagai teman dekat Riza Chalid menyetujui pengolahan minyak mentah di kilang di Singapura. Hatta Rajasa menghalangi pembangunan kilang minyak di Indonesia. Bahkan pengadaan minyak premium pun dipasok sebesar 70% dari luar negeri, berbanding berbalik dengan tahun 2007 sebesar 70% dipasok dari dalam negeri. Untuk apa kilang di luar negeri? Untuk menutupi harga pengadaan BBM di Indonesia oleh Pertamina alias Petral.

Masuknya Faisal Basri yang akan memberangus mafia Migas pun mendapatkan tentangan dari Pertamina. Usaha membongkar permainan harga BBM dan biaya pengadaan minyak gagal didapatkan oleh Faisal Basri. Selama ini dan sampai saat ini, biaya pengadaan minyak tak pernah transparan, ditutup-tutupi. Kenapa?

Pertama, untuk mengaburkan nilai subsidi BBM. Dengan tidak diketahuinya biaya pengadaan minyak dari sejak proses tender, pembelian lewat trader, besaran minyak yang diimpor, maka besaran subsidi BBM hanya terhitung di atas kertas. Kedua, memberi peluang praktek pencurian minyak untuk dijual di pasar gelap yang melibatkan pejabat migas, Pertamina, dan aparat keamanan. Ketiga, menutupi KKN dan pembagian keuntungan mafia migas yang melibatkan para pejabat Pertamina, SKK Migas, swasta kontraktor migas KKKS, Kementerian ESDM, dan para anggota DPR dan orang-orang kuat seperti Riza Chalid.

Maka, dipastikan Faisal Basri tak akan mampu untuk membubarkan Petral karena orang kuat Riza Chalid yang memastikan (1) Petral menguntungkan KKN dengan orang di belakangnya dekat dengan para pejabat Pertamina, SKK Migas, kontraktor KKKS, anggota DPR yang memiliki bisnis migas.

Selanjutnya, (2) Petral menjadi asset bergilir bagi para penguasa legislatif, yudikatif dan eksekutif, yang Riza Chalid akan mengatur tentang siapa dan bagaimana distribusi kue keuntungan KKN di Petral dibagikan.

Dari kalangan internal Jokowi (3) Ari H Soemarno pernah di dalam Petral sebagai tenaga ahli - kedekatan menteri BUMN dengan kalangan migas menjadi duri dalam daging tarik-menarik antara mafia migas, Faisal Basri bisa tergencet.

Lalu (4) Faisal Basri masuk ke dalam pusaran persaingan antar mafia - Effendi Simbolon berteriak lantang bahwa telah terjadi pergeseran keberadaan mafia migas dari satu kroni mafia migas ke mafia migas lainnya yang menunggangi pengadaan BBM bersubsidi.

Maka, tanpa membubarkan Petral, Faisal Basri tak akan mampu membongkar pengadaan BBM yang tidak transparan yang menjadi kepentingan begitu banyak pemain yang melibatkan pejabat Pertamina, SKK Migas, anggota DPR, kementerian ESDM, pejabat dan kalangan pengusaha yang semuanya diatur oleh orang kuat industri migas bernama: Riza Chalid yang sangat menguntungkan bagi banyak kalangan hitam.

Sekali lagi, Faisal Basri tak akan mampu membubarkan Petral dan akan beralasan bahwa (1) keberadaan Petral dan pembelian dari traders tidak selalu buruk, (2) reformasi dalam tubuh Petral akan dilakukan, (3) regulasi baru untuk membuat pengadaan minyak transparan. Itulah scenario kekuatan mafia migas yang menekan Faisal Basri baik disadari maupun tidak disadari.

Sepanjang Petral dan Riza Chalid tetap bermain, industri migas tetap akan menjadi kutukan kemiskinan bagi rakyat Indonesia.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun