Jokowi bersih. Jokowi tegas. Jokowi berani bertindak membongkar masalah secara lugas. Dan arah ketegasan tanpa kompromi ini menjadi pedoman banyak pihak untuk menentukan langkah merapat ke kelompok yang berkuasa. Dan yang berkuasa itu adalah Jokowi.
Pola pikir SBY dengan seluruh gerombolannya seperti Ical, Prabowo, Suryadharma Ali, Hatta Rajasa, dengan upaya memermainkan kekuatan dan kekuasaan ilusif dan delusive dengan mengangkat Prabowo sebagai Putra Mahkota yang didukung oleh gembar-gembor hukum tata negara oleh Yusril Ihza Mahendra sebagai penyokong koalisi Prabowo ternyata tak membuahkan hasil dan tak mengusik Jokowi. Malahan konsilidasi kekuatan dan cengkeraman Jokowi ke kekuasaan semakin kencang.
Jadi, karena untuk (1) bargaining position berupa koalisi Prabowo beranggotakan SBY, Ical, Prabowo, Hatta, SDA dan kelompoknya membangun tembok oposisi waton suluyo alias WTS yang bertujuan mengorek-orek setiap keputusan Jokowi, (2) SBY dan kelompoknya dalam koalisi Prabowo terkecoh dengan telak dalam alam ilusi dan delusi mengganggap Prabowo memiliki kekuatan, padahal Prabowo adalah kereta reot yang dinaiki oleh para penumpang yang sama sama gelap tanpa penerangan menuju ke titik tanpa kejelasan.
Tampaknya kini kesadaran itu mulai muncul - yang harus dibuktikan pada Januari 2015 - tentang betapa koalisi Prabowo termasuk Prabowo sebagai Putra Mahkota adalah kekuatan ilusif dan delusive yang tak layak diperjuangkan untuk menutupi kasus hukum yang membelit banyak koruptor di lingkaran koalisi Prabowo. Kekalahan koalisi Prabowo sudah tampak sebulan belakangan dan tinggal menunggu waktu kehancurannya. Penyebabnya?
SBY dan para pentolan koalisi Prabowo meremehkan dan lupa bahwa Jokowi berkuasa dan memiliki wewenang memerintah, sedangkan Prabowo tanpa kekuasaan selain kekuasaan dalam bentuk fiksi delusive dan illusive.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H