Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teror Charlie Hebdo, Islamofobia, dan Nilai Kebebasan Eropa

8 Januari 2015   16:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:33 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420707504424813430

Belum pernah terjadi dalam sejarah ribuan warga negara Eropa (Inggris, Prancis, Belgia, Swiss, Swedia, Spanyol, Jerman, dll.) berimigrasi ke Syria dan Iraq dalam mendukung ISIS. Sebagian pendukung ISIS kembali ke Eropa. Persentuhan dengan radikalisme ala ISIS menyebabkan kaum jihadist Eropa berjuang di tanah air mereka sendiri.

Dalam sejarah Eropa, teror terbesar pertama terjadi pada Black September 1972 di Munich. Ketika itu teroris dari Palestina membunuh 11 atlet Israel. Sejak saat itu puluhan teror dan operasi intelejen dan kontra intelejen dan pembunuhan atas nama ekstrimisme terjadi, termasuk pembajakan. Pertentangan nilai semakin menumpuk.Salman Rushdi membuka masalah dengan menerbitkan novel the Satanic Verses yang menimbulkan protest di seluruh Dunia Islam. Kasus Salman Rushdi ini membuka lembaran catatan konflik antara kebebasan berpendapat dan keyakinan-iman.

Serangan teroris di Madrid, 11 Maret 2004 menewaskan 191 orang. Di London pada 7 Juli 2005, serangan teroris menewaskan 52 orang. Kedua serangan terjadi di stasiun kereta api dan transportasi umum.

Serangan terhadap berbagai kepentingan mencapai tingkat kecanggihan dengan perubahan target dari target random ke target lebih spesifik. Serangan terkait konflik nilai dan terorisme terjadi di Eropa dengan target berbeda-beda. Sekembali dari ISIS, para jihadist (dari Eropa dan Asia termasuk Indonesia) kini menggalang aksi perjuangan jihad di negara masing-masing. Mereka memiliki kemampuan aksi teror karena memanfaatkan penguatan melalui jaringan internet.

Sebenarnya, jika diperhatikan, serangan terhadap Charlie Hebdo, bisa ditelusuri dan telah menunjukkan pola serangan di seluruh Eropa sejak tahun 2011. Pada 11 Maret, 2011 terjadi serangan di Frankfurt menewaskan 2 orang dan 2 luka-luka. Pada 11 Maret, 2012 serangan di Toulouse dan Montauban menewakan 7 orang dan melukai 5 orang. Serangan di Woolwich, Inggris pada 22 Mei, 2013 melukai 1 orang. Pada 25 Mei, 2013, serangan Paris tak menemui target. Pada 24 Mei 2014, serangan di Brussels menewaskan 4 orang. Serangan teror pada 20 Desember 2014 di Jous-Les-Tours, Prancis, melukai 3 orang. Dua hari setelah itu, 22 Desember 2014, serangan teror di Dijon, Prancis mencederai 11 orang. Dan pada 7 Januari 2015 serangan ke Charlie Hebdo di Paris menewaskan 12 orang dan melukai 11 orang.

Serangan terakhir ke Charlie Habdo melukai upaya komunitas Islam dan nilai-nilai kebebasan Eropa. Beberapa hari lalu Jerman melakukan upaya koeksistensi kehidupan dengan mendukung hak-hak Muslim dalam komunitas Eropa. Upaya-upaya ini ternyata mendapatkan tentangan dari kalangan ektrimis. Maka Islamofobia di Eropa akan semakin merebak dan tidak memberikan kesempatan bagi koeksistensi kehidupan. Radikalisme minoritas Islam garis keras di Eropa menjadi cermin bagi seluruh dunia untuk memerhatikan radikalisme yang mengancam keterbitan dan keamanan bernegara dan berbangsa, termasuk di Indonesia.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun