Mohon tunggu...
Nino Histiraludin
Nino Histiraludin Mohon Tunggu... profesional -

Mencoba membagi gagasan. Baca juga di www.ninohistiraludin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memanfaatkan Limbah Sumpit Jadi Kerajinan

26 Februari 2014   18:40 Diperbarui: 4 April 2017   18:16 1593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi beberapa orang yang kreatif, melihat barang tak terpakai sering kali menggiurkan. Sudah banyak contohnya termasuk limbah sampah rumah tangga yang mudah kita temukan di sekeliling kita. Nah suatu saat saya di kampung melihat kerai/penutup jendela/penghalang sinar matahari yang cukup menarik. Tidak seperti yang saya lihat selama ini. Yang jamak saya lihat itu ya dari bahan bambu dipotong tipis-tipis. Ditata berjajar dan sepertinya tidak ada pola yang macam-macam. Keindahannya ya dari cat yang dilukiskan saja di belahan bambu itu. Kemudian saya berburu di mana pembuat kerai tersebut. Ternyata kerai itu dibuat dari limbah sumpit yang tidak terpakai. Adalah Nasir bersama kakaknya, pengrajin yang memanfaatkan limbah sumpit. Mereka membeli limbah dari pabrik sumpit di Jawa Barat dan menjadikan kerai untuk dijual. Mereka pernah berjualan di Jogjakarta dan akhirnya kembali ke Kabupaten Batang karena pecah kongsi. [caption id="attachment_291493" align="aligncenter" width="478" caption="Lumayan mempercantik rumah"][/caption] Kerai ini dibuat dengan memotong sumpit utuh dan dibuat polanya. Disatukan dengan tali/benang dari jaring sebab akan tahan lama kena panas maupun hujan. Kemudian dipoles dengan 2 warna dan disusun membentuk pola yang cukup menarik. Tersedia berbagai ukuran dengan harga bervariasi. Perawatannya mudah yakni tiap setahun sekali diberi pernis supaya tidak cepat lapuk. Untuk kualitas sumpitnya menurut saya cukup baik karena pabrik itu menjual sumpit ke Hongkong, Korea, Jepang, dan entah mana lagi. Pasaran luar negeri bukan untuk produk lokal. Tentu bahan bakunya relatif baik. Berbagai hasil itu ada yang dititipkan di toko dan ada yang pesanan dari berbagai wilayah. Pembeli mereka berasal dari Semarang, Tegal, Pemalang dan lainnya. Cuma memang harus sabar karena mereka mengerjakan sendiri. Tidak banyak yang bisa sabar menyusun sumpit hingga terpola cukup bagus. Ukuran beragam mulai lebar 80 cm hingga 1,5 m dengan panjang 1,5 hingga 2 meter. Mereka juga mengerjakan kerai dengan ukuran pesanan atau sesuai permintaan. Harga yang ditawarkan mulai Rp 200 ribuan hingga lebih tergantung permintaan. Sayangnya mereka belum mendapat suntikan modal untuk membesarkan usaha padahal hasilnya mempercantik rumah kita. Saya lupa menanyakan apakah mereka bisa menggarap pola tertentu sesuai permintaan atau hanya pola mereka saja yang bisa. [caption id="attachment_291423" align="aligncenter" width="429" caption="Proses produksi"]

1390377806613560812
1390377806613560812
[/caption] [caption id="attachment_291424" align="aligncenter" width="375" caption="Siap kirim"]
1390377876291931008
1390377876291931008
[/caption] [caption id="attachment_291427" align="aligncenter" width="384" caption="Bukti sumpit ekspor tapi tak lolos quality control"]
13903779351466018146
13903779351466018146
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun