Mohon tunggu...
Nino Histiraludin
Nino Histiraludin Mohon Tunggu... profesional -

Mencoba membagi gagasan. Baca juga di www.ninohistiraludin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal SIM, Polda Jateng "Baca Kompasiana"?

11 November 2014   18:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kebetulan atau memang ada korelasinya, sebentar lagi Polda Jateng bakal segera memberlakukan pendaftaran SIM yang disertai dengan lembar keterangan hasil tes psikologis. Artinya tanpa lampiran tes psikologis seorang pemohon Surat Ijin Mengemudi (SIM) tidak akan diproses permohonannya. Tentu ini kabar yang menggembirakan setidaknya untuk lingkup Jawa Tengah.

Selama ini kasus kecelakaan di jalan raya mayoritas disebabkan human eror sebenarnya. Kalau mau dikaji lebih dalam penyebab lain selain human eror tetap bisa dihubungkan dengan si pengemudi atau pemilik kendaraan.

Rem blong, jalan licin, jalan berlobang, tertabrak kereta, ban pecah tetap berkaitan dengan pemilik kendaraan yang tidak mengecek kondisi kendaraan atau tidak hati-hati berkendara.

Meski baru Polda Jateng yang akan segera memberlakukan syarat lolos tes psikologi, setidaknya antisipasi pengurangan korban kecelakaan sudah dilakukan. Pada akhir Oktober, Ditlantas Polda Jateng mengedarkan surat bernomor TR No ST/2881/X/2014 yang mensyaratkan pendaftaran SIM lulus tes psikologi.

Prosedur itu akan mulai berlaku bulan Desember 2014 dan bulan ini sebagai ajang sosialisasi. Lantas apa hubungannya dengan Kompasiana? Saya sendiri menulis tentang syarat itu di Kompasiana 22 Februari 2013 atau setahun lebih.

Terlepas dari apakah tulisan saya yang mempengaruhi kebijakan Ditlantas Polda setidaknya Polri tidak ansich mensyaratkan usia dan ketrampilan sebagai syarat mutlak memperoleh SIM. Sebab kematangan psikologis patut menjadi salah satu faktor penting selain dari ketrampilan berkendara dan usia.

Meski seseorang terampil berkendara dan sudah memenuhi persyaratan usia, belum tentu jiwanya matang. Hal ini penting supaya ketika seseorang berkendara tetap tidak ugal-ugalan meski tergesa atau sedang marah.

Kematangan seseorang berkendara tetap menjadi prioritas. Kematangan itu turut membentuk budaya sopan santun berkendara yang kini nampaknya sudah hampir hilang dijalanan. Siapapun tahu dan bisa terampil berkendara di trotoar dengan zig zag tetapi hal itu tidak menunjukkan kematangan jiwanya.

Bila Polda Jateng sedang mempersiapkan hal itu, kapan hal ini menjadi kebijakan nasional? Bagi saya 1 korban dijalanan meski tidak meninggal merupakan kebodohan yang seharusnya tidak terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun