Dana itu bagi perwakilan pedagang semacam honor pengawasan maupun bantuan bagi pedagang yang terkena musibah. Sedangkan dana yang diterima pengelola bisa jadi untuk operasional rutin misalnya untuk ganti lampu, renovasi MCK, Cat, sapu, ATJ dan kebutuhan lainnya.
Dengan mengembalikan kedaulatan pada pedagang dalam bentuk forum komunikasi yang intens maupun transparansi pengggunaan sebagian pendapatan pasar, pedagang akan merasa memiliki pasar rakyat tersebut. Perwakilan pedagang bisa juga menerima komplain dari pembeli. Forum pedagang bisa juga digunakan menjadi semacam quality control product yang dijual disana.
Hal ini secara langsung akan menjaga produk yang dijual bukan merupakan produk sembarangan. Meskipun misalnya itu produk pertanian kita sendiri. Sebut saja sayur mayur yang dijual memang berkualitas baik. Bisa saja ada spanduk yang rutin dipajang didepan pasar terkait jaminan produk yang mereka jual. Sehingga pedagang akan sama-sama mempromosikan secara baik, menjaga kualitas dagangan, melayani pembeli dengan ramah karena tahu jika layanan mereka baik, restibusi akan kembali dalam bentuk fasilitas.
Artinya kesan pasar rakyat yang kumuh, kotor, jorok, tidak higienis itu menjadi gerakan bersama untuk dienyahkan. Kenapa selama ini gerakan itu tidak efektif? Karena digerakkan dari atas (Pemerintah) bukan atas kesadaran pedagang sendiri. Memang tidak mudah menggerakkan mereka sebab selama ini pedagang selalu merasa tidak diperhatikan.
Pemda sendiri lebih banyak mau enaknya saja. Misalnya dalam membangun/merenovasi pasar seringkali tidak mendengar masukan pedagang. Bila pasar sudah jadi, dengan mudah mengenakan tarif pindahan seharga jutaan bahkan puluhan juta. Padahal biaya renovasi itu berasal dari APBD dan pedagang rutin membayar retribusi. Contohlah Kota Surakarta yang sudah puluhan pasar direnovasi tetapi pedagangnya tidak ada satupun yang dipungut biaya besar, justru malah dipromosikan pasarnya.
Ayo pak Menteri, benahi pasar rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H