Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan Kata, Pelajaran dari Kasus Gus Miftah dan Penjual Es Teh

4 Desember 2024   12:58 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah , Sumber : Pojokjakarta.com

"Kasus Gus Miftah mengajarkan kita bahwa setiap kata yang diucapkan memiliki dampak yang luas, dan pentingnya menjaga adab dalam berbicara, terutama bagi mereka yang berada di posisi publik"

Pada akhir November 2024, sebuah peristiwa yang sederhana namun berdampak besar menggemparkan masyarakat Indonesia. Gus Miftah Maulana Habiburrahman, seorang pendakwah ternama dan Utusan Khusus Presiden, tiba-tiba menjadi sorotan bukan karena ceramah-ceramahnya yang menyejukkan, tetapi karena sebuah video viral yang menunjukkan dirinya mengolok-olok seorang penjual es teh dalam sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah. Kata-kata kasar yang keluar dari mulut seorang pemuka agama ini memicu gelombang reaksi dan menyisakan pelajaran berharga bagi kita semua.

Kata-kata yang Menyentuh Hati

Dalam video yang beredar, Gus Miftah tampak melontarkan kata-kata kasar kepada penjual es teh, menyebutnya "goblok" karena dagangannya masih banyak tersisa. Bagi sang penjual es teh, mungkin ucapan tersebut terdengar sangat menyakitkan. Seorang yang setiap hari berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tiba-tiba dihina di depan orang banyak. Namun, dari kejadian ini, kita bisa belajar betapa kuatnya kata-kata dan bagaimana dampaknya bisa sangat luas.

Gus Miftah, menyadari kesalahannya, segera meminta maaf secara terbuka dan bertemu langsung dengan penjual es teh untuk menyampaikan permintaan maafnya. Tindakan ini menunjukkan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, namun yang lebih penting adalah bagaimana kita menanggapinya dan berusaha memperbaiki diri. Permintaan maaf Gus Miftah, meskipun terlambat, adalah langkah awal menuju perbaikan.

Solidaritas dan Empati Masyarakat

Namun, yang paling mengharukan dari peristiwa ini adalah reaksi dari masyarakat. Banyak warga yang tersentuh oleh nasib penjual es teh tersebut dan berinisiatif untuk memberikan bantuan. Donasi mulai mengalir dari berbagai penjuru negeri, baik dalam bentuk uang tunai, beasiswa, hingga tawaran umrah. Solidaritas yang muncul ini menunjukkan betapa kuatnya rasa empati dan kebersamaan di kalangan masyarakat Indonesia.

Keadaan penjual es teh yang sebelumnya terpuruk, berubah menjadi lebih baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Ini adalah contoh nyata bahwa di tengah-tengah kesulitan, masih banyak orang yang memiliki hati nurani dan siap membantu sesama. Bantuan yang diberikan oleh warga menunjukkan bahwa kebaikan hati tidak pernah hilang, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.

Pelajaran Berharga untuk Kita Semua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun