Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Black Friday : Sejarah , Makna , dan Pengaruhnya

29 November 2024   21:58 Diperbarui: 29 November 2024   21:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Black Friday adalah salah satu hari belanja terbesar di Amerika Serikat, yang sekarang telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Hari ini selalu jatuh pada hari Jumat setelah Hari Thanksgiving, yang dirayakan pada hari Kamis keempat di bulan November. Black Friday menandai dimulainya musim belanja Natal dengan banyak toko yang menawarkan diskon besar-besaran dan penawaran khusus.

Sejarah dan Asal Usul

Istilah "Black Friday" pertama kali digunakan di Philadelphia pada 1950-an untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi akibat lonjakan pembeli dan turis yang membanjiri kota pada hari setelah Thanksgiving. Istilah ini mencerminkan keadaan lalu lintas yang kacau dan peningkatan aktivitas belanja yang drastis. Pada tahun 1961, para pedagang di Philadelphia berusaha mengubah persepsi negatif ini dengan mengganti nama hari tersebut menjadi "Big Friday", namun istilah "Black Friday" tetap lebih populer.

Pada tahun 1980-an, arti istilah ini mengalami perubahan. Black Friday kemudian dikaitkan dengan keuntungan ritel. Dalam akuntansi, warna merah menunjukkan kerugian, sedangkan warna hitam menunjukkan keuntungan. Oleh karena itu, Black Friday menjadi hari di mana toko-toko akhirnya bisa keluar dari "kondisi merah" dan mulai menghasilkan keuntungan, berkat lonjakan penjualan yang besar.

Tradisi dan Pengaruh Global

Black Friday telah menjadi tradisi belanja yang dinantikan oleh banyak orang. Toko-toko ritel, baik fisik maupun online, menawarkan diskon besar-besaran dan penawaran menarik pada berbagai produk, mulai dari elektronik, pakaian, mainan, hingga peralatan rumah tangga. Konsumen sering kali mengantri sejak dini hari, bahkan semalam sebelumnya, untuk mendapatkan barang-barang dengan harga terendah.

Selain di Amerika Serikat, tradisi Black Friday kini juga telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Kanada, Inggris, Brasil, dan banyak negara lain. Beberapa toko ritel bahkan memperpanjang periode diskon menjadi "Black Week" atau "Black Month", memberikan konsumen lebih banyak waktu untuk berbelanja dan memanfaatkan penawaran yang ada.

Pengaruh Terhadap Ekonomi dan Konsumsi

Black Friday memiliki dampak besar terhadap ekonomi dan perilaku konsumsi. Hari ini sering kali menjadi penentu bagi pengecer dalam mencapai target penjualan tahunan mereka. Penjualan yang meningkat pesat pada Black Friday juga dapat memberikan gambaran tentang tren belanja dan daya beli konsumen.

Namun, di balik keuntungan finansial, Black Friday juga mendapat kritik. Beberapa pihak menganggap bahwa hari ini mendorong perilaku konsumtif berlebihan dan dapat menyebabkan utang konsumen. Selain itu, insiden kekerasan dan kerusuhan yang terjadi saat pembukaan toko juga menjadi sorotan negatif. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa pengecer telah mengembangkan alternatif seperti penjualan online dan penawaran yang lebih tersebar selama beberapa hari.

Fenomena Belanja Online dan Cyber Monday

Dengan perkembangan teknologi dan e-commerce, Black Friday kini tidak hanya dirayakan di toko-toko fisik tetapi juga di platform online. Banyak pengecer besar seperti Amazon, Walmart, dan Best Buy menawarkan diskon besar-besaran di situs web mereka, memungkinkan konsumen untuk berbelanja dari kenyamanan rumah mereka.

Selain itu, hari Senin setelah Black Friday dikenal sebagai Cyber Monday, yang fokus pada penjualan online. Cyber Monday diciptakan untuk memberikan peluang bagi pengecer online yang lebih kecil untuk bersaing dengan raksasa ritel pada Black Friday. Cyber Monday juga telah berkembang pesat dan menjadi salah satu hari belanja terbesar di dunia, dengan miliaran dolar dihabiskan untuk pembelian online setiap tahunnya.

Kesimpulan

Black Friday telah berkembang dari sekadar hari belanja biasa menjadi fenomena global yang mempengaruhi perilaku konsumen dan ekonomi. Meskipun mendapat kritik atas dampaknya yang bisa merangsang konsumerisme berlebihan, Black Friday juga membawa manfaat ekonomi yang signifikan bagi pengecer dan konsumen yang mencari penawaran terbaik.

Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya dan kebiasaan belanja dapat berubah dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan semakin maraknya penjualan online dan inovasi dalam strategi pemasaran, Black Friday akan terus berkembang dan menjadi bagian penting dari kalender belanja tahunan di seluruh dunia.

 

Ilustrasi gambar bersumber dari : Pojokjakarta.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun