Ketidakadilan adalah api yang membakar hati mereka yang tertindas. Namun, dari api itu pula lahir kekuatan dan keberanian untuk merubah dunia
Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, hidup seorang pemuda bernama Arif. Ia berasal dari keluarga petani miskin yang setiap hari harus bergelut dengan kerasnya kehidupan untuk dapat bertahan hidup. Ayahnya, Pak Soleh, adalah seorang petani tua yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk menggarap tanah orang kaya bernama Pak Hadi.
Pak Hadi adalah seorang pengusaha kaya raya yang memiliki lahan pertanian yang luas. Di mata Pak Hadi, para petani hanyalah alat untuk meningkatkan kekayaannya. Ia seringkali memberikan upah yang sangat rendah dan memaksa para petani bekerja tanpa henti.
Suatu pagi yang cerah, ketika matahari baru saja menampakkan sinarnya, Arif sedang membantu ayahnya di ladang.
"Arif, kau tahu? Hidup ini sangat berat bagi kita," kata Pak Soleh sambil mengelap keringat dari dahinya.
"Aku tahu, Ayah. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Pak Hadi tidak akan pernah mendengarkan kita," jawab Arif dengan nada putus asa.
"Terkadang aku berpikir, apakah semua usaha keras ini sia-sia?" lanjut Pak Soleh.
Arif diam sejenak, lalu melihat ayahnya dengan tekad yang kuat. "Ayah, aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Kita harus melakukan sesuatu."
Suatu hari, setelah melihat ayahnya jatuh sakit karena terlalu lelah bekerja, Arif merasa sudah saatnya untuk melakukan sesuatu. Ia mengajak teman-teman sekampungnya untuk berkumpul dan berdiskusi tentang nasib mereka.
"Kawan-kawan, kita tidak bisa terus hidup seperti ini. Kita harus melawan ketidakadilan ini," kata Arif dengan penuh semangat di depan sekelompok petani.