Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Pengangguran dan Pendidikan di Indonesia

26 November 2024   19:55 Diperbarui: 26 November 2024   19:56 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pendidikan membuka pintu, tetapi keterampilan dan peluang yang tepatlah yang membantu kita melewati rintangan pengangguran.

Pengangguran dan pendidikan merupakan dua isu yang saling berkaitan di Indonesia. Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, jumlah pengangguran terutama di kalangan terdidik, masih tinggi. Artikel ini akan menganalisis hubungan antara pendidikan dan pengangguran di Indonesia, serta mengidentifikasi beberapa solusi potensial berdasarkan referensi yang ada.

Kondisi Pendidikan di Indonesia

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Di Indonesia, pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang signifikan untuk sektor pendidikan. Hal ini terlihat dari peningkatan fasilitas pendidikan dan program beasiswa yang ditawarkan. Namun, tantangan masih ada, termasuk kualitas pendidikan yang tidak merata di berbagai daerah, serta kurangnya relevansi antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.

Menurut Pojok Jakarta (2022), salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran terdidik adalah ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri. Banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

Tingginya Angka Pengangguran Terdidik

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2022 mencapai sekitar 6,49%. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah lulusan perguruan tinggi. Fenomena ini menunjukkan adanya ketidakcocokan antara sistem pendidikan dan pasar kerja.

Studi yang dilakukan oleh Triatmanto dan Bawono (2023) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya pengangguran terdidik adalah kurangnya program magang dan pelatihan yang relevan selama masa pendidikan. Kebanyakan perguruan tinggi lebih fokus pada teori daripada praktik, sehingga lulusan kurang siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi Pengangguran Terdidik

Tingginya angka pengangguran terdidik memiliki dampak signifikan terhadap sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pengangguran menyebabkan produktivitas nasional menurun karena sumber daya manusia yang ada tidak termanfaatkan secara optimal. Selain itu, pengangguran terdidik juga berpotensi meningkatkan beban sosial, seperti meningkatnya angka kriminalitas dan masalah kesehatan mental.

Dari sisi sosial, pengangguran terdidik dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kehilangan motivasi di kalangan lulusan muda. Hal ini bisa berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan politik, karena kelompok ini cenderung merasa tidak mendapatkan kesempatan yang adil dalam sistem ekonomi.

Solusi Mengatasi Pengangguran Terdidik

Untuk mengatasi masalah pengangguran terdidik di Indonesia, beberapa solusi potensial dapat diterapkan:

  1. Revitalisasi Kurikulum Pendidikan: Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk merevitalisasi kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Ini termasuk penekanan pada keterampilan praktis dan soft skills yang dibutuhkan oleh industri.

  2. Peningkatan Program Magang dan Pelatihan: Perguruan tinggi dan perusahaan perlu mengembangkan program magang dan pelatihan yang lebih baik, sehingga lulusan memiliki pengalaman praktis sebelum memasuki dunia kerja. Menurut studi oleh Triatmanto dan Bawono (2023), program magang yang efektif dapat meningkatkan kesiapan kerja lulusan dan mengurangi angka pengangguran terdidik.

  3. Penguatan Kerjasama Industri dan Akademisi: Kerjasama antara industri dan akademisi perlu diperkuat untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini dapat dilakukan melalui program kolaboratif seperti riset terapan dan proyek industri.

  4. Pengembangan Kewirausahaan: Pendidikan kewirausahaan perlu ditingkatkan untuk mendorong lulusan menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan dukungan pemerintah dan akses ke modal, lulusan dapat mengembangkan usaha kecil dan menengah yang berpotensi menyerap tenaga kerja.

  5. Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi: Pendidikan vokasi harus ditingkatkan kualitasnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Pendidikan vokasi yang baik dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Kesimpulan

Hubungan antara pendidikan dan pengangguran di Indonesia merupakan isu kompleks yang memerlukan pendekatan multidimensional untuk penyelesaiannya. Meskipun pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja harus segera diatasi. Dengan revitalisasi kurikulum, peningkatan program magang, penguatan kerjasama antara industri dan akademisi, pengembangan kewirausahaan, dan peningkatan kualitas pendidikan vokasi, diharapkan tingkat pengangguran terdidik di Indonesia dapat dikurangi secara signifikan.

Upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung integrasi lulusan ke dalam pasar kerja. Dengan demikian, Indonesia dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusianya dan mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Referensi:

Pojok Jakarta. (2022, September 26). Pendidikan dan Solusi Pembludakan Pengangguran Terdidik di Indonesia. Retrieved from https://pojokjakarta.com/2022/09/26/pendidikan-dan-solusi-pembludakan-pengangguran-terdidik-di-indonesia/

Triatmanto, B., & Bawono, S. (2023). The interplay of corruption, human capital, and unemployment in Indonesia: Implications for economic development. Journal of Economic Criminology, 2, 100031. https://doi.org/10.1016/j.jeconc.2023.100031

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun