Meskipun masih ada perbedaan pendapat di antara mereka, Alya dan Raka mulai menemukan ritme kerja yang harmonis. Mereka belajar bahwa konflik dan perbedaan pendapat tidak selalu buruk, asalkan dihadapi dengan sikap yang terbuka dan konstruktif.
Kesuksesan proyek tersebut tidak hanya membawa keuntungan besar bagi perusahaan, tetapi juga mengubah pandangan Alya dan Raka satu sama lain. Mereka mulai melihat kebencian yang awalnya ada sebagai tantangan yang memperkuat hubungan profesional mereka. Tanpa disadari, perasaan saling menghormati dan menghargai mulai tumbuh di hati mereka.
Pengembangan Hubungan
Alya dan Raka sekarang harus menghadapi kenyataan bahwa mereka terpaksa untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama demi menyelesaikan masalah dalam proyek besar mereka. Setiap hari, mereka harus berdiskusi, memeriksa detail, dan membuat keputusan penting bersama. Pada awalnya, ketegangan masih terasa di antara mereka, tetapi mereka mulai menemukan cara untuk berkomunikasi yang lebih efektif.
Suatu hari, ketika mereka sedang mengevaluasi desain yang ditolak oleh klien, Alya berbicara dengan nada yang lebih sabar daripada biasanya. "Raka, mungkin kita bisa mencoba menggabungkan elemen-elemen dari konsep awalmu dengan beberapa ide baru yang aku punya. Aku pikir ini bisa membuat desain lebih dinamis."
Raka mengangguk, sedikit terkejut oleh pendekatan Alya yang lebih kooperatif. "Aku setuju. Kita bisa mempertahankan dasar dari desainku, tetapi menambahkan sentuhan kreatif dari ide-ide barumu."
Dengan perlahan, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain yang sebelumnya tidak pernah mereka perhatikan. Raka menyadari betapa berbakatnya Alya dalam menciptakan desain yang memikat, sementara Alya mulai menghargai visi inovatif Raka dan kemampuannya melihat peluang dari sudut pandang yang berbeda.
Ada momen kecil, namun signifikan, yang membuat mereka saling menghargai dan memahami lebih dalam. Misalnya, suatu malam ketika mereka terpaksa lembur untuk menyelesaikan presentasi penting, Alya melihat Raka yang tampak lelah dan cemas.
"Kau butuh istirahat, Raka. Aku bisa melanjutkan sebagian dari pekerjaan ini sementara kau tidur sebentar," kata Alya dengan nada perhatian.
Raka tersenyum tipis, merasa terharu oleh perhatian Alya. "Terima kasih, Alya. Aku benar-benar menghargai itu. Tapi bagaimana denganmu? Kau juga butuh istirahat."
"Kita bisa bergantian. Kerjasama tim, ingat?" jawab Alya dengan senyum.