Dengan belajar dari kejadian kemenangan Trump, dan aksi dengan nuansa konservatisme reliji dan politik di negara kita pada tahun lalu. Kita dapat belajar bahwa kabar bohong telah mampu menjadi senjata mutakhir untuk melumpuhkan lawan. Trump dengan kampanye rasial dan konservatisme relijinya yang identik dengan munculnya gerakan populisme kanan dengan mengutamakan pribumi dan reliji tertentu di negeri kita memiliki kesamaan, yaitu sama-sama diiringi dengan alunan kabar bohong yang tak kunjung surut hingga sekarang.Â
Maka bagaimana kita berbicara politik  dan kabar bohong di tahun pemilihan kepala daerah tahun ini? Sepertinya terlalu jauh untuk dibahas. Mengingat bagaimana seorang legenda bintang porno saja mampu meyakinkan dan dikampanyekan oleh gerakan anti-vaksin sebagai dokter ilmiah dalam preferensi memercayai vaksinisasi. Lalu apa solusinya? Kurangi konsumsi micin kalau kata 'kids jaman now'bersabda.
[i] Magniz-Suseno, Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx. Jakarta: Gramedia Pustaka.
[ii] Marx, Karl dan Friedrich Engels. 1846. Ideologi Jerman. Yogyakarta: Pustaka Nusantara.
[iii] Adelbert, 2004. Antropologi Berfilsafat. Yogyakarta:Pustaka Filsafat