[caption caption="Caca dan Ayahanda, Irwan Yusuf kala masih necis (sumber: money.id)"][/caption]
Assalamualaikum dan halo-halo pemirsaaa..
Gimana kabarnya? Semoga lagi pada sehat semua yaaa. Yang lagi kurang sehat, aku doakan semoga lekas fit dan lincah lagi yaaa :)
Ditinggal sebentar, ternyata tulisanku yang pertama setelah bangkit dari kubur lumayan banyak yang baca lho.. Padahal niatnya cuma melepas uneg-uneg, eh peminatnya ternyata lumayan. Udah gitu ada yang nuduh pula kalo tulisanku ada udang di balik bakwan.. Hahaha.. ya sutra lah yaaa, Allah lebih Maha Tahu kok :)
Niat awal nulis lagi di Kompasiana memang topik yang ringan-ringan aja sih. Gimana kalo kita kembali ke selera asal tersebut, pemirsaaa? Setuju? Ogut sih hayuuk...!
Dari judul artikelnya sih udah ketauan yaaa. Kembali ke selera asal emak-emak nih: Ghibah alias Gosip! :D
Tapi gosip kali ini agak berbeda menurutku. Aku sih nggak mau mengulang cerita tentang ayah Andriani Marshanda alias Caca yang lagi heits itu. Di infotemen sama berita udah bejibun. Silakan dicek-ricek sendiri.
Putaran roda kehidupan memang sulit ditebak. Siapa sangka lelaki yang awalnya disangka orang gila yang terjaring razia Dinas Sosial DKI Jakarta di bilangan Jakarta Selatan karena mengaku sebagai ayahanda Caca itu ternyata beneran ayah kandung Caca?
[caption caption="Irwan Yusuf (memakai batik) saat diperiksa Dinas Sosial DKI Jakarta (sumber: Sudin Sosial DKI)"]
Yang aku salut sih sikap Caca itu sendiri. Aku cukup yakin, orang biasa pun (maksudnya bukan public figure/orang terkenal) belum tentu punya jiwa sebesar itu untuk melakukan apa yang Caca telah lakukan: mengakui bahwa lelaki bernasib malang yang mencari nafkah dari belas kasihan orang itu sebagai ayah kandungnya.
Bahkan Caca mengaku masih tetap 'salim' pada ayahandanya, meski keadaannya lusuh dan kumal untuk menunjukkan bahwa rasa hormat/tidak itu bukan berdasar materi semata. Caca juga mengatakan dengan terkuaknya peristiwa ini, ia malah senang karena teman-teman media jadi bisa kenalan dengan ayahandanya :'(
Aku sempat menanyakan hal ini pada diri sendiri: jika di posisi Caca, apakah aku akan melakukan hal yang sama ya?
Selain status pesohornya, Caca dan ibu kandungnya yang bernama Riyanti Sofyan ini berasal dari keluarga besar pengusaha terpandang. Usaha keluarga ini bergerak di perhotelan berkonsep Islami pula. Jadi, beban untuk 'menjaga aib' buat Caca dan keluarga aku rasa ekstra berat.
Tapi Caca menepis atribut itu. Bahkan kata-katanya yang dituliskan bersamaan dengan foto kenangan dengan ayahandanya sangat menyentuh bagiku.
Aku kutip sebagian ya:
"Walaupun kita punya masa lalu yang "kurang baik" di mata masyarakat, bukan berarti kita tidak pantas disayangi, diterima, dipahami, dicintai dan dihormati sebagai seorang individu yang masih bernafas."
"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Jangan hanya karena "aturan masyarakat" yang nggak tertulis mengenai apa yang "wow" dan apa yang patut dianggap remeh, kita jadi hidup nggak pakai hati dan nggak mengenal cinta lagi."
"Sebersih atau sekotor apapun badan orang itu di bumi saat ini, setebel atau setipis apapun dompet dan jumlah kartu kreditnya hari ini.. Kita semua sama. Kita semua berhak dihormati, diterima, dan disayangi."
Penggalan kata-kata itu cukup menohok bagiku :(
[caption caption="Caca kala melantunkan OST Bidadari: salah satu aktris cilik berbakat di eranya (sumber: youtube)"]
Menurutku, terlepas dari latar belakang persoalan yang melingkupi ayah Caca, ini merupakan cerminan dari kenyataan hidup. Di banyak keluarga, aku kira kasus seperti ini tidaklah unik. Setidaknya ada satu-dua hal dalam keluarga yang kita anggap 'aib' dan selalu berusaha keras kita tutup-tutupi. Aib itu bisa berbentuk kekurangan: baik materi/fisik maupun mental, peristiwa yang dianggap memalukan, atau pencapaian yang dianggap tidak layak, misalnya.
Apa sih yang sebenarnya menjadi alasan kita untuk selalu menutupi aib tersebut? Aku rasa jawabnya sederhana: APA KATA ORANG NANTI? Ini berkebalikan dengan Caca. Ia malah bilang: ini bukan aib, ini kenyataan yang harus dihadapi. Berapa banyak dari kita yang berani mengabaikan apa kata orang dan menghadapi kenyataan tersebut?
Caca ini memang dulu salah satu aktris cilik yang menarik perhatianku. Karakternya sebagai Lala di sinetron Bidadari cukup melekat dalam ingatan. Aku sempat mengikuti Bidadari yang Ibu Perinya diperankan Ayu Azhari itu. Aku masih ingat, saat itu anak keduaku baru lahir. Belakangan pemeran Lala dan Ibu Peri diganti. Selepas itu, aku kurang mengikuti lagi sih. Baru heboh lagi dengar Caca waktu dia buka hijab sama pas video joget-joget dan mengoceh soal teman-teman SD-nya :D
[caption caption="Lala dan Ibu Periii! Ini yang main amsih Ayu Azhari, selanjutnya diganti Marini Zumarnis :D (Sumber: youtube)"]
Terkadang memang kenyataan hidup itu pahit. Tiap keluarga memiliki rahasia kelam dan aibnya sendiri. Tapi menurutku kita bisa belajar dari seorang Caca: bahwa seburuk apapun kondisinya, bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak mengakui atau menghormati orang tua sendiri. Seorang Irwan Yusuf merupakan mantan suami Riyanti Sofyan sejak mereka bercerai 15 tahun silam. Namun itu tidak menjadikan Irwan Yusuf sebagai mantan ayah Caca. Tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak.
Kita semua sebagai manusia mustahil luput dari kekurangan. Tapi semoga kita masih mau belajar menjadi insan yang lebih baik lagi. Dan aku selalu percaya, tiap peristiwa (positif ataupun negatif) selalu mengandung hikmahnya. Kalo nggak sekarang, ya kelak baru dapat dipetik hikmah tersebut.. Amiin Ya Rabb :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H