Mohon tunggu...
Niswatun Hasanah
Niswatun Hasanah Mohon Tunggu... -

Percaya bahwa semua yang terjadi karena sebuah alasan. Dan semua peristiwa pasti ada hikmahnya :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Balada Marshanda dan Ayahnya

29 Maret 2016   14:59 Diperbarui: 29 Maret 2016   15:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sempat menanyakan hal ini pada diri sendiri: jika di posisi Caca, apakah aku akan melakukan hal yang sama ya?

Selain status pesohornya, Caca dan ibu kandungnya yang bernama Riyanti Sofyan ini berasal dari keluarga besar pengusaha terpandang. Usaha keluarga ini bergerak di perhotelan berkonsep Islami pula. Jadi, beban untuk 'menjaga aib' buat Caca dan keluarga aku rasa ekstra berat.

Tapi Caca menepis atribut itu. Bahkan kata-katanya yang dituliskan bersamaan dengan foto kenangan dengan ayahandanya sangat menyentuh bagiku.

Aku kutip sebagian ya:
"Walaupun kita punya masa lalu yang "kurang baik" di mata masyarakat, bukan berarti kita tidak pantas disayangi, diterima, dipahami, dicintai dan dihormati sebagai seorang individu yang masih bernafas."

"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Jangan hanya karena "aturan masyarakat" yang nggak tertulis mengenai apa yang "wow" dan apa yang patut dianggap remeh, kita jadi hidup nggak pakai hati dan nggak mengenal cinta lagi."

"Sebersih atau sekotor apapun badan orang itu di bumi saat ini, setebel atau setipis apapun dompet dan jumlah kartu kreditnya hari ini.. Kita semua sama. Kita semua berhak dihormati, diterima, dan disayangi."

Penggalan kata-kata itu cukup menohok bagiku :(

[caption caption="Caca kala melantunkan OST Bidadari: salah satu aktris cilik berbakat di eranya (sumber: youtube)"]

[/caption]

Menurutku, terlepas dari latar belakang persoalan yang melingkupi ayah Caca, ini merupakan cerminan dari kenyataan hidup. Di banyak keluarga, aku kira kasus seperti ini tidaklah unik. Setidaknya ada satu-dua hal dalam keluarga yang kita anggap 'aib' dan selalu berusaha keras kita tutup-tutupi. Aib itu bisa berbentuk kekurangan: baik materi/fisik maupun mental, peristiwa yang dianggap memalukan, atau pencapaian yang dianggap tidak layak, misalnya.

Apa sih yang sebenarnya menjadi alasan kita untuk selalu menutupi aib tersebut? Aku rasa jawabnya sederhana: APA KATA ORANG NANTI? Ini berkebalikan dengan Caca. Ia malah bilang: ini bukan aib, ini kenyataan yang harus dihadapi. Berapa banyak dari kita yang berani mengabaikan apa kata orang dan menghadapi kenyataan tersebut?

Caca ini memang dulu salah satu aktris cilik yang menarik perhatianku. Karakternya sebagai Lala di sinetron Bidadari cukup melekat dalam ingatan. Aku sempat mengikuti Bidadari yang Ibu Perinya diperankan Ayu Azhari itu. Aku masih ingat, saat itu anak keduaku baru lahir. Belakangan pemeran Lala dan Ibu Peri diganti. Selepas itu, aku kurang mengikuti lagi sih. Baru heboh lagi dengar Caca waktu dia buka hijab sama pas video joget-joget dan mengoceh soal teman-teman SD-nya :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun