Mohon tunggu...
nining umi nurgianti
nining umi nurgianti Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa jurusan PBA di UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Berhenti Memberikan Sentuhan

31 Maret 2015   13:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sentuhan fisik pada masa bayi memberi dampak yang sangat menguntungkan bagi kecerdasan emosi dan kognitif individu. Itulah sebabnya, saat bayi baru dilahirkan langsung diletakkan di dada ibunya sebelum dimandikan. Dengan kontak fisik antara ibu dan bayi akan membentuk ikatan emosional dan kelekatan yang kuat antara ibu dan bayinya. Kelekatan inilah yang kelak akan menjadi landasan penting bagi perkembangan emosionalnya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang memiliki basic trust yang kuat sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman sekaligus citra diri yang positif. Sentuhan fisik yang berkualitas pada tiga tahun pertama memberikan rangsangan emosi positif dalam diri si anak. Paling baik jika pelukan dan ciuman yang diberikan melibatkan semua indera, seperti perabaan, penglihatan, dan pendengaran.Kalau semua fungsi indera tadi dirangsang secara maksimal, kemampuan kognitif dan emosi anak pun bias berkembang optimal. Terutama pada tiga tahun pertama karena selama tenggang waktu inilah otak anak berkembang sedemikian pesat. Di dalam otaknya, saling terkait antara pusat-pusat emosi dan pusat perilaku. Inilah alasannya mengapa masa tiga tahun pertama kehidupan anak menjadi sedemikian berarti karena sentuhan juga menjadi dasar penting bagi perkembangan emosi anak di kemudian hari.

Kesempatannya untuk merasakan sentuhan penuh kasih sayang orang tua bias dilakukan lewat bermain dan bercanda yang melibatkan seluruh panca inderanya merupakan modal yang sangat berarti bagi anak di tahun-tahun selanjutnya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi hangat yang ramah, cepat menyesuaikan diri dengan orang lain, mampu mengendalikan diri dan memotivasi diri untuk berinteraksi dengan banyak orang. Kalaupun selewat usia tiga tahun intensitas sentuhan yang diterimanya relative jauh berkurang, baginya itu bukanlah hambatan berarti. Ia akan tetap lebih terampil menjadi pribadi yang menyenangkan disbanding temannya yang kurang mendapat rangsang di usia tiga tahun. Jika orang tua tidak menjalin keakraban dan kehangatan lewat rangsang sentuhan, bisa dipastikan struktur dasar yang ada dalam otak anak pun akan membentuknya menjadi pribadi yang dingin, kaku, canggung dan sulit bergaul dengan orang lain. Kondisi seperti ini dapat berlanjut hingga anak memasuki masa dewasanya.

Selewat usia tiga tahun bukan berarti anak tak membutuhkan sentuhan lagi. Bagaimana basic trust yang telah terbentuk perlu terus menerus mendapat pupuk berupa kedekatan atau interaksi akrab antara anak dengan orang tuanya seiringpertambahan usianya. Kebiasaan baik memberi skin to skin contact dan eye to eye contact, ternyata berdasarkan penelitian akan membuat anak merasa lebih aman dan nyaman. Secara emosi, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang stabil, mantap, punya percaya diri, dan penuh kasih sayang. Tak hanya itu, sentuhan penuh kasih sayang yang diberikan orang tua juga akan berdampak secara kognitif pada anak. Bukankah lazimnya sambil memeluk dan membelai kepala anak, orang tua dapat memberi masukan mengenai hal-hal baik yang perlu dilakukan olehnya? Nah, masukan-masukan dalam situasi positif semacam itu akan lebih mudah diproses dalam pikirannya. Memorinya akan mengingat-ingat nasehat tersebut ditambah dengan sentuhan lembut penuh kasih sayang yang membuatnya merasa disayang dan diperhatikan. Jadi tunggu apa lagi, ayo berikanlah ciuman dan dekapan hangat untuk si kecil.!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun