Suatu perubahan kehidupan yang esensial pada diri si kecil adalah semakin meluasnya lingkungan pergaulan, terutama sejak memasuki lembaga pendidikan prasekolah. Jika semula ia hanya bergaul dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya, serta lingkungan sekitar maka sekarang ia mulai mengenal guru dan teman sekelasnya. Sehingga semakin banyak pengetahuan yang didapatkannya. Perubahan yang berarti ini tidak sekedar berupa tambahnya teman dan lingkungan pergaulan, melainkan juga membawa konsekuensi dan tuntutan yang banyak kepada anak. Setelah masuk sekolah, ia dihadapkan kepada banyak orang yang beragam dan tidak bisa lagi diperlakukan seperti saudara-saudara atau orang tuanya dirumah.
Semakin luas dan kompleksnya lingkungan pergaulan anak tersebut adalah suatu proses kehidupan yang wajar, dalam arti merupakan suatu tugas perkembangan yang secara normal perlu dijalani oleh anak. Bukan hanya tuntutan lingkungan anak yang membuat anak berperilaku seperti itu, tetapi perkembangan internal pribadi anak sendiri juga mendorongnya untuk semakin memperluas lingkup pergaulannya. Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahan-perubahan yang mendorongnya untuk lebih interes terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan yang lebih luas. Dengan dikuasainya berbagai perangkat ketrampilan dan bahasa serta semakin berkurangnya ketergantungan kepada pihak orang tua akan mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya.
Dalam perkembangan sosio-emosional dikenal tiga pandangan utama yang menjelaskan fenomena perkembangan pada anak yakni mencakup
a. Teori ethologi
Menurut pandangan ini, jalinan kasih sayang antara ibu dan anak merupakan dasar bagi perkembangan aspek sosio-emosional anak, selanjutnya adalah perilaku bawaan
b. Teori belajar sosial
Menurut pandangan ini, jalinan kasih sayang antara ibu dan anak sebagai hasil dari interaksi yang saling mempengaruhi perilaku masing-masing. Interaksi sosial ini merupakan kombinasi dari proses-proses penguatan baik positif maupun negatif
c. Teori Kognitif
Teori ini menjelaskan perilaku sosial anak merefleksikan pengetahuan sosialnya dan bahwa bayi mengembangkan harapan -harapan berkenaan dengan ibu dan perilakunya.
Salah satu dimensi dari perkembangan sosio-emosional anak adalah hubungan pertemanan anak (teman sebaya) yang ditandai dengan semakin terlibatnya anak dalam aktivitas atau interaksi dengan teman sebaya. Semakin bertambahnya usia anak, anak akan lebih banyak menggunakan waktu luangnya untuk bermain dengan teman sebaya dari pada dengan orang tuanya. Kehadiran teman sebaya dapat mendorong peningkatan ketrampilan komunikasi dan interaksi serta kolaborasi, pemecahan masalah. Aktivitas bermain bersama yang dilakukan anak berpengaruh positif terhadap perkembangan sosial anak seperti berkembangnya sikap kooperatif, asosiatif, dan kognitif serta ketrampilan-ketrampilan sosial lainnya. Bentuk khusus dari hubungan pertemanan yang dialami anak adalah persahabatan, yang terjalin karena adanya suatu kecocokan diantara masing-masing anak sehingga terbentuklah suatu hubungan yang intens yang diwarnai oleh loyalitas dan keintiman sehingga adanya rasa saling menyayangi diantaranya. Kebanyakan anak di lingkungan sekolah ataupun lingkungan bermain membentuk suatu kelompok atau genk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H