Mohon tunggu...
Nining Iskandar
Nining Iskandar Mohon Tunggu... Penulis - wirausaha

penulis dan konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Sudah Begini

10 Oktober 2024   07:40 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas mengingatkan saya kepada beberapa orang yang pernah saya temui. 

"Ya, namanya juga nasib, mba. Mau gimana lagi".

Memang kenapa dengan nasib? Apakah nasib hanya untuk dimaklumi? Apakah nasib hanya untuk dikhidmati? 

Menurut saya tidak, nasib merupakan sebuah kata yang menggambarkan keadaan atau kondisi seseorang yang sifatnya tidak tetap atau dapat berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita lakukan pada hidup kita.

Ada kesalahan yang menurut saya mempengaruhi paradigma seseorang mengenai nasib, yaitu :

1. Ada yang salah mengenai pemaknaan kerja keras

2. Ada yang salah mengenai pemahaman situasi hidup atau kondisi hidup

3. Ada kesalahan mengenai perjuangan

4. Dan ada kesalahan mengenai hasil dari kerja keras

Seseorang akan berada dalam situasi atau kondisi yang diiyakan oleh otak bawah sadar kita untuk kemudian menjadi sebuah kesadaran dalam menghadapi hidup. Kesadaran yang membuat kungkungan dalam diri untuk tidak merangkul ke 4 ingredient di atas. Ketika ke 4 hal tersebut dapat menyatu dalam sebuah pengertian, maka saya rasa seseorang akan terus bangkit penuh semangat untuk memperbaiki nasib.

Mind block atau kelelahan mental dalam menghadapi sesuatu, banyak memegang perananpenting ketika seseorang lelah berjuang untuk memperjuangkan nasibnya. Kelelahan ini yang kemudian menjadikan ketidak semangatan dalam berkarya, sehingga memutus tali proses dalam menggenggam kerja keras. 

ad 1. Kesalahan dalam memaknai kerja keras yang hanya sepenggal, akan membuat seseorang terjerumus dalam kalimat "yo wis lah segini aja, udah cukup kok, yang penting bisa". Kalimat itu menggambarkan kelelahan pikiran untuk terus berjuang yang akhirnya membangun balok-kalok pertahanan dalam pikirannya. Bukan berbicara kepasrahan, tetapi perjuangan dalam hidup. Seseorang memang memiliki kapasita yang berbeda-beda, tetapi disini saya mengungkapkan mengenai makna kerja keras secara rata-rata.

ad 2. Memahami situasi atau kondisi hidup, bukan berarti "segini aja" untuk mencukupi kebutuhan, tetapi memahami untuk lebih berstrategi dalam perjuangan.

ad 3. Mempertahankan perjuangan yang telah, sedang dan akan dilakukan, menjadi kunci dari sebuah perjuangan.

ad 4. Akan terasa pada saat kita memahami proses, bukan menikmati proses yang sedang berjalan atau berlangsung dalam perjuangan kita untuk mencapai sebuah hasil. Karena proses menurut saya bukan untuk dinikmati, tetapi untuk kita pelajari..artinya kita berproses, bukan memproses sebuah proses yang berjalan.

Karena proses akan menjadi sebuah jembatan bagi kesempatan untuk membuat kondisi nasib menjadi berubah. Jadi jangan menggantungkan hidup kita kepada nasib, karena nasib bukanlah takdir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun