Mohon tunggu...
Nining Socyaningrum
Nining Socyaningrum Mohon Tunggu... -

Pecinta Kopi Panas, love writing&reading, tak ada yang lebih menantang selain hidup dengan Ilmu Pengetahuan.. !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Jembatan Langit-Mu

8 Januari 2014   10:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berputar dan terus berputar
Sebuah siklus yang menanti destinasi. Berpacu dalam realitas yang singkapnya tak mampu teredam

Memang harus kuakui, namun perlukah manusia menengok kembali??
Waktu sepakat untuk tidak menyediakan ruang - ruang peluang dusta dan kefasikan
Yang diketahui hanyalah kesejatian
Dimana itu tersimpan rapat-rapat bak mutiara di gersangnya pasir Sahara
Di ujung sana, dalam gumam jembatan langit selirih cerita hujan kemarin

Faktanya nyawa tak harus berpulang kini
Namun tetap itu adalah mewujud
Satu waktu. Satu kepastian
Dan beri aku satu kepastian yang akan menetapkan jejakku disini
Dimana ada sebuah kebenaran yang tertinggi
Dengan begitu aku akan bertahan, lebih bertahan dari yang kau tahu
Bukankah kau menginginkanku untuk menang dalam pertarungan hidup ini??
Ada sebuah kunci yang lalu kusimpan, kuikatkan dalam rantai jembatan langitmu
Serapat-rapatnya, lalu ku buang peluang jalan keluar kunci itu, jauh.. sejauh-jauh yang ku mampu
Kau tahu? ada asa yang kusisipkan dalam salah satu sisi karatnya
Dimana berceloteh tentang dinginnya api layaknya sejarah Ibrahim yang kau dongengkan padaku
Ada juga kisah epik Muhammad nan anggun dan heroik
Ketangguhan diri Umar Khattab pun tak luput
Serta sisa ketakjubanku pada ciptaanmu yang lain, Abu Bakar, Umar Abdul Aziz, dan ah.. sudahlah, aku ta ingat !
Masih tertinggal? Ya! Sangat tertinggal hingga menjadi bekasan dalam buku memoriku

Aku kembali berjalan, seperti yang kau inginkan dariku
Bukankah aku hidup atas janji padamu??
Bisakah aku bertanya padamu, bagaimana kabar kunci yang kusematkan padamu??
Semakin berkaratkah?? Seberapa parahkah karatnya??
Kini aku takut akan lebur menjadi debu, lalu hilang dan mengantarkanku pada sisi kirimu
Beri aku satu kepastian.. satu kebenaran darimu
Bagaimana dan dimanakah destinasi siklus ini akan terhenti

Mungkin aku tak sopan, bahkan lancang..
Tapi disini,
dalam gumam lirih di ujung jembatan langitmu
Aku kembali berpayung padamu, Illahi..
Sebab tak ada alasan yang logis, pada apa selain dirimu

#eLdarcRypto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun