Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Women against violence

21 April 2013   21:07 Diperbarui: 28 Maret 2020   15:00 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wahai Pemerintahku,

Aku adalah perempuan. Aku tahu, engkau mungkin bukan perempuan sepertiku, tapi aku yakin ibumu adalah seorang perempuan, aku yakin nenekmu adalah perempuan, jika ALLAH bermurah hati kepadamu, istrimu pun mungkin seorang perempuan, pun anak kandungmu dan atau anak mantumu. So, please, pertimbangkan ini, sebab engkau punya perempuan-perempuan belahan jiwa dan ragamu di sekelilingmu, kecuali engkau punya dendam atau kenangan buruk terhadap perempuan.

Tulisan ini adalah tulisan untuk populasi dengan sejarah hidup keluarganya heterosexual dan bisexual, homosexual/gay/lesbi pun mungkin bisa masuk. But, I will talk about women and girls.

Aku tahu, perempuan tidak selalu benar, perempuan pun tidak selalu lemah, tapi please, kalau ada pemerkosaan dengan kekerasan atau perkosaan dengan intimidasi seperti pada anak-anak atau remaja putri ataupun perkosaan dengan penghilangan nyawa perempuan, sekali lagi please, lakukanlah sesuatu yang menjerakan dan membuat pihak lain berpikir untuk melakukan hal yang sama!

Memalukan sesungguhnya, berita-berita seperti itu terus beredar di televisi, sebab televisi adalah ganja bagi populasi Indonesia dari level terendah hingga first class population. Jika terulang dan terulang, itu berarti pemerintahku tak sanggup berbuat apa-apa dan membuat banyak pihak merasa aman melakukan hal yang sama. Memalukan bukan? So embarrassing actually, why my government cannot do anything. Aren't they have powers to do it? My country is under their controls. My country is under their policy. But, why?

Pemerintahku,

Bukan kegenitan perempuan yang aku bela, bukan pula kerendahan moral kami sebagai perempuan. Tetapi, hak hukum atas kekejaman dan ketidakadilan terhadap perempuan. Jika perempuan kecentilan, mereka bertanggungjawab atas tindakan dan perbuatan mereka sendiri, pun lelaki yang kecentilan. Tapi please, kalau hendak melakukan hubungan sex dengan perempuan, please lakukanlah dengan kesadaran dan suka sama suka. Toh INA adalah negara demokrasi. Toh INA bukan lagi jajahan negara-negara Barat secara explisit. Toh INA adalah negara bebas yang bebasnya melebihi negara-negara Barat. So, please bukan intimidasi apalagi kekerasan untuk sekedar menyalurkan nafsu manusiawi kelelakian itu.

Jika seorang lelaki bernafsu karena tontonan porno yang mereka konsumsi dengan sadar tersebut, tapi please, salurkan nafsu manusiawi tersebut secara manusiawi pula, dengan sadar dan bertanggung-jawab, sebertanggung-jawabnya mereka mengkonsumsi tontonan-tontonan porno tersebut. Jangan malah membunuh karakter dan kemanusiaan orang lain, perempuan apalagi perempuan di bawah umur.

Sebagai lelaki tidak bisa melindungi perempuan, sungguh memalukan! Sebagai mature or adults tidak bisa melindungi anak-anak, sangat memalukan! Mengapa engkau tidak bisa menertibkan populasimu, Pemerintahku? Banggakah aku, jika dikatakan negaraku adalah negara teroris, negara koruptor, negara dengan tingkat populasi yang sangat besar dan tidak tertib, negara dengan hukum yang amburadul? Haruskah aku bangga, Pemerintahku?

Lakukanlah sesuatu. Berikan efek jera kepada manusia-manusia yang bermoral lebih rendah dari binatang itu. Jika dua jenis kelamin rakyatmu itu melakukannya dengan sadar, itu adalah hak dan tanggungjawab mereka sendiri. Namun, bagaimana dengan rakyatmu yang melakukannya karena intimidasi bahkan kekerasan? Tidakkah engkau merasa miris dan marah? Tidakkah emosimu terbakar atas berita dan kejadian seperti itu? Tidakkah pernah tergambar dalam angan dan pikiranmu, jika itu anak gadismu atau ibumu atau putri kecilmu? Please, jawablah aku, jawablah. Tidakkah engkau merasa seseorang telah membakar pantatmu -- hingga engkau harus bersegera bertindak -- jika engkau menyaksikan peristiwa menyakitkan itu?

* * *

Tulisan ini kuperbaharui hari ini, karena tahun itu aku masih sangat emosional perihal kekerasan terhadap perempuan, sehingga tulisanku banyak yang diakhiri dengan tanda seru. Secara garis besar tidak ada perubahan, hanya tanda seru dan kesalahan ketik dan atau salah kata, misal: untuk manusia, orang, seharusnya seseorang bukan sesuatu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun