Generasi milenial saat ini menghadapi berbagai tantangan dalam mencari hunian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka.Â
Salah satu tren yang semakin terlihat semakin diminati yakni peralihan mereka ke properti berkelanjutan. Dengan kesadaran yang meningkat terhadap isu-isu lingkungan, milenial mulai memilih tempat tinggal yang tidak hanya nyaman, tetapi juga memiliki dampak positif bagi planet ini.Â
Lalu jika dikaitkan dengan Tahun Baru Imlek 2025 yang baru saja kita masuki, sebenarnya bagaimana tren hunian ramah lingkungan ini?
Tahun Ular Kayu dalam kalender Tiongkok dipercaya membawa energi transformasi dan kebijaksanaan. Sedangkan unsur kayu dalam siklus ini melambangkan pertumbuhan, keseimbangan, dan harmoni dengan alam.Â
Tidak mengherankan jika pada tahun ini, tren hunian ramah lingkungan semakin menempati posisi penting dalam perbincangan industri properti dan gaya hidup masyarakat modern khususnya milenial.Â
Di tengah tantangan perubahan iklim dan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan, hunian yang mengusung prinsip ekologi bukan hanya sekadar pilihan, tetapi menjadi kebutuhan yang tak terelakkan.
Kesadaran akan dampak lingkungan dari aktivitas akan terus meningkat. Polusi udara, deforestasi, dan pemanasan global semakin nyata terasa. Dalam konteks ini, arsitektur hijau dan konsep hunian berkelanjutan muncul sebagai solusi yang menjanjikan.Â
Bukan sekadar tren, pergeseran menuju pembangunan yang lebih sadar lingkungan adalah respons terhadap kondisi global yang semakin mendesak. Tahun Ular Kayu, dengan simbolismenya yang erat dengan alam, semakin memperkuat urgensi akan pendekatan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi dalam bidang arsitektur dan desain interior telah berkembang pesat dalam mendukung ekosistem hunian yang lebih ramah lingkungan. Pemanfaatan bahan bangunan berkelanjutan, penggunaan energi terbarukan, serta teknologi smart home yang efisien menjadi elemen kunci dalam transformasi ini.Â
Misalnya pada Konsep rumah pasif. Konsep ini mulai banyak diterapkan untuk mengurangi konsumsi energi dengan memanfaatkan pencahayaan alami dan sistem ventilasi yang optimal.Â
Di sisi lain, penggunaan panel surya sebagai sumber energi alternatif juga semakin luas diadopsi, seiring dengan meningkatnya akses terhadap teknologi yang lebih terjangkau.
Selain aspek teknologi dan desain, perubahan ini juga didorong oleh pergeseran pola pikir masyarakat. Konsumen kini yang mayoritas didominasi generasi milenial semakin sadar akan dampak lingkungan dari gaya hidup mereka. Mereka tidak hanya mencari hunian yang nyaman, tetapi juga yang memiliki jejak karbon rendah dan berkontribusi terhadap keberlanjutan ekosistem. Konsep urban farming, penghijauan vertikal, dan pemanfaatan air daur ulang menjadi bagian dari gaya hidup baru yang menyatu dengan keseharian masyarakat modern.Â
Tak hanya di kawasan perkotaan, tren ini juga mulai merambah ke daerah pinggiran dan pedesaan, menunjukkan bahwa kesadaran ekologis telah meluas ke berbagai lapisan masyarakat.
Lebih dari sekadar bangunan, hunian ramah lingkungan juga mencerminkan filosofi hidup yang lebih bertanggung jawab. Dalam budaya Tiongkok, unsur kayu melambangkan keseimbangan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Nilai-nilai ini selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur hijau yang menekankan pada pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusaknya. Dengan demikian, hunian semacam ini tidak hanya menjadi ruang untuk tinggal, tetapi juga tempat yang memelihara dan melestarikan kehidupan.
Namun, meski tren ini semakin mendapat perhatian, tantangan dalam implementasinya tetap ada. Biaya awal yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hunian konvensional sering kali menjadi kendala bagi milenial sebagai calon pembeli hunian.Â
Selain itu, masih terdapat keterbatasan dalam regulasi dan insentif bagi pengembang yang ingin menerapkan konsep ramah lingkungan.Â
Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri properti, dan masyarakat luas untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi perkembangan hunian berkelanjutan.
Tahun Ular Kayu menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan alam dan bagaimana cara terbaik untuk menjaganya.Â
Dengan inovasi yang semakin berkembang dan kesadaran yang terus meningkat, masa depan hunian ramah lingkungan tampaknya semakin cerah. Bukan lagi sekadar impian, rumah yang harmonis dengan alam kini menjadi bagian dari realitas yang sedang dibangun. Dan mungkin, inilah saatnya bagi kita semua untuk mengambil langkah konkret dalam mendukung transformasi menuju hunian yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Gong xi fa cai! Tahun baru, harapan baru. Selamat Imlek 2025!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI