Dalam perjalanan mendapatkan kepemilikan tanah, ada satu momen penting ketika saya mengikuti diskusi publik yang diselenggarakan oleh satu satu organisasi masyarakat sipil. Di sana saya berkesempatan bertemu dengan beberapa perwakilan dari Badan Bank Tanah. Dari merekalah saya mendapatkan berbagai informasi bagaimana lembaga ini berfungsi, termasuk upaya dalam menyelesaikan konflik lahan seperti yang tengah dialami keluarga saya.
Tidak hanya itu saja, saya juga mendapatkan informasi tentang program reforma agraria yang difasilitas Badan Bank Tanah. Melalui program ini, tanah-tanah yang sebelumnya tidak produktif atau bermasalah dialokasikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini membuka harapan baru bagi banyak orang di Indonesia, khususnya keluarga saya. Berkat dukungan komunitas lokal dan mediasi yang difasilitasi oleh pihak terkait, termasuk Badan Bank Tanah, konflik lahan keluarga kami akhirnya menemukan titik terang. Tanah kami dikukuhkan statusnya, dan keluarga saya dapat melanjutkan hidup tanpa ketakutan akan kehilangan rumah yang sudah ditinggali sejak lama.
Peluang dan Tantangan untuk Milenial dan Gen Z
Bagi saya, Badan Bank Tanah merupakan simbol harapan bagi generasi milenial dan juga gen Z. Saya melihat peluang besar bagi generasi milenial dan gen Z yang dikenal sebagai generasi kreatif dan inovatif. Dengan adanya akses tanah yang lebih merata, kita bisa memanfaatkan lahan untuk berbagai tujuan yang produktif, seperti:
1. Mendapatkan akses tanah untuk perumahan
Kita semua tahu salah satu tantangan terbesar para milenial dan gen Z yaitu tingginya harga properti khususnya di kota-kota besar. Badan Bank Tanah dapat menyediakan akses yang lebih mudah dan terjangkau untuk kepemilikan tanah atau rumah, melalui program subsidi atau distribusi tanah dengan harga yang lebih rendah. Ini memberikan peluang bagi milenial dan gen Z untuk memiliki rumah di masa depan, bahkan jika kita belum memiliki dana cukup untuk membeli properti komersial.
2. Peluang pemberdayaan ekonomi
Berbeda dengan generasi sebelumnya, milenial dan gen Z memiliki kecenderungan untuk mengejar kewirausahaan atau proyek-proyek sosial. Dengan adanya Badan Bank Tanah, kita tentu bisa mendapatkan akses ke tanah yang lebih terjangkau untuk berbagai tujuan, seperti membuka usaha kecil, urban farming, atau proyek properti yang lebih ramah lingkungan. Ini tentu menjadi peluang bagi milenial dan gen Z untuk mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan tanah untuk inovasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.
3. Dukungan untuk keberlanjutan
Banyak milenial dan gen Z yang sangat peduli dengan isu lingkungan dan keberlanjutan. Badan Bank Tanah dapat menjadi sumber tanah untuk inisiatif pertanian berkelanjutan atau proyek ramah lingkungan, seperti urban faarming, community garden, atau proyek konservasi alam. Ini memungkinkan kita untuk lebih terlibat dalam solusi perubahan iklim dan ketahanan pangan.
4. Mengurangi ketimpangan dalam distribusi tanah
Dengan hadirnya Badan Bank Tanah sudah tentu dapat membantu mengurangi ketimpangan dalam distribusi tanah yang kerap dialami kelompok marginal atau berpenghasilan rendah. Milenial dan gen Z yang peduli dengan isu keadilan sosial tentu dapat merasakan manfaatnya karena adanya kesempatan yang sama untuk memiliki dan mengakses tanah dengan cara yang lebih transparan juga terstruktur.
5. Membantu pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur
Tanah yang dikelola oleh Badan Bank Tanah bisa digunakan untuk pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur, seperti sarana pendidikan, wisata, atau tempat umum yang lebih terjangkau. Milenial dan gen Z akan merasakan manfaat ini dalam bentuk akses mudah ke semua fasilitas yang mendukung kualitas hidup menjadi lebih baik.
Tetapi tentu saja tidak semua generasi milenial dan gen Z se-optimis saya. Masih banyak dari mereka yang meragukan sejauh mana transparansi dan akuntabilitas lembaga ini dapat dijaga. Tidak sedikit teman mengungkapkan kekhawatiran bahwa tanah yang dikelola oleh Badan Bank Tanah bisa saja jatuh ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.