Kompasianival 2022 menjadi ajang tahunan Kompasiana pertama kali yang aku hadiri. Dari yang awalnya hadir karena kepo, berakhir malah mengikuti seluruh rangkaian acaranya hingga selesai.Â
Kompasianival 2022 yang diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta pada Sabtu (3/12) lalu ini ternyata memiliki acara yang menarik mulai dari Live Podcast, Community Sharing, Kompasianer Showtime, Mystery Challenge, Live Music, Movie Screening, hingga penghargaan Kompasiana Awards 2022 untuk para kompasiner berprestasi selama 2022.
Talkshow yang biasanya terkesan formal dan kaku, di ajang para kompasiner berkumpul ini dikemas dalam live podcast dengan suasana santai dan kekeluargaan. Materi-materi yang disajikan, mulai dari bagaimana menjadi konten kreator yang baik hingga cara mengelola keuangan bagi para kompasiner pelaku UMKM pun sangat menarik untuk disimak. Sulit rasanya beranjak dari Kompasianival 2022.
Saat sore menjelang malam, ada sosok pembicara anak muda berprestasi yang menarik dihadirkan Kompasiana dalam Kompasianival kali ini. Ia adalah Nabila Jandini Hidajat. Penampilannya tak ubah anak seusianya yang polos dan santai, yang menjadi berbeda saat ia menjawab pertanyaan yang diajukan pembawa acara.Â
Nabila menjawab setiap pertanyaan dengan lugas, penuh percaya diri, dan lancar dengan intonasi yang konstan. Wow! Itulah kata kekaguman yang aku ucapkan saat mendengar bagaimana Nabila menjawab.
Mendengar dan melihat langsung bagaimana sosok seorang Nabila Jandini Hidajat yang masih berusia 14 tahun dalam menjawab pertanyaan tak heran bila ia meraih juara debat internasional dalam ajang Tournament of Champions The World Scholar's Cup (WSC) 2022 pada November 2022. Turnamen debat internasional yang diikuti siswi kelas sembilan Sekolah Highscope Indonesia, Kelapa Gading ini berlangsung di Yale University, New Haven, Connecticut, Amerika Serikat.
The World Scholar's Cup (WSC) 2022 sendiri merupakan kompetisi berskala internasional yang terdiri dari empat kategori, debat, pengetahuan umum, cerdas cermat, dan menulis dengan materi sains, pengetahuan umum, seni, dan musik.Â
Tidak hanya satu atau dua medari yang didapatnya, Nabila berhasil mendapatkan total enam medali, empat medali emas di kategori Team Debate, Writing Champions, Literature (Challenge), dan Team Writing, serta dua medali perak dimenangkan dari kategori Debate Champions dan Team Bowl.
Sebenarnya ini bukan pertarungan pertama yang Nabila hadapi. Sebelumnya di ajang yang sama, Nabila telah memenangi juara Global Around Tournament of Champions WSC pada 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab.Â
Meskipun telah beberapa kali mengikuti ajang debat internasional bukan berarti ia tidak merasakan demam panggung. Nabila memiliki cara sendiri untuk menghilangkan demam panggung sebelum berlomba, "saya fokus konsentrasi pada materi yang akan jadi pokok perdebatan dengan terlebih dahulu membaca riset yang diberikan," kata Nabila bercerita tentang kunci suksesnya.
Kemampuan debat dalam bahasa Inggris yang dimiliki Nabila tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu diraihnya melalui proses panjang serta latihan yang keras.Â
Untuk mengasah kemampuannya berbicara di depan publik, Nabila aktif mengikuti ekstrakurikuler debat bahasa Inggris di sekolahnya sejak 2019. Selain itu hobi membaca buku yang dimilikinya sedari kecil menjadikan pola berpikir Nabila menjadi lebih dewasa katimbang teman-teman sebayanya.
Sejak kecil minat Nabila dalam membaca buku memang di luar kebiasaan anak sebaya lainnya. Bila remaja lainnya memilih hangout di mall atau cafe, Nabila justru menghabiskan uang saku yang dimilikinya untuk membeli buku dan pergi ke perpustakaan.Â
Buku-buku di perpustakaan inilah yang bermanfaat memperkaya wawasan Nabila dalam setiap lomba yang ia ikuti, dan membawanya ke puncak juara lomba debat internasional di Yale University, Amerika Serikat.
Bagi yang ingin tahu seberapa luas wawasan Nabila, bisa membaca tulisannya di Kompasiana yang mengangkat tema 'Homework Versus No Homework: Do They Matter?' Dalam artikel yang tayang 3 Desember 2022 lalu, Nabila menyoroti sistem pendidikan Indonesia dengan Finlandia yang 50 persen lebih singkat durasi belajarnya di sekolah.Â
Dengan data rendahnya literasi Indonesia ditambah dengan metode pekerjaan rumah (PR) bagi siswa yang menurutnya justru membebani siswa terutama saat pembelajaran online. Nabila juga mengomentari soal keberadaan media sosial yang bisa dimanfaatkan sebagai media juga sarana berbagi pengetahuan, pengalaman, dan kegiatan positif bagi anak muda.
"Selama kita taat aturan, media sosial sangat baik bagi anak muda sebagai tempat berbagi pengetahuan dan pengalaman yang positif," pungkas Nabila Jandini Hidajat di akhir tanya jawab di Panggung Utama Kompasianival 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H