Bagai Burung Terbang Bebas
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
"Angi ... bagaimana kabarmu, Nak? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kebutuhan keuanganmu tercukupi?"
Sebuah pesan WhatsApp masuk ke gawainya. Terkesiap sekali menerima pertanyaan Suster Kepala yang sangat perhatian itu. Segera dijawabnya dengan santun.
"Iya, Suster. Saya baik-baik karena doa Suster. Terima kasih atas perhatian Suster. Mohon maaf karena kesibukan, Angi belum sowan ke asrama," jawab Angi dengan menyertakan emoticon melipat kedua telapak tangan.
"Menurut kami ... sebaiknya Angi balik ke panti, atau mau di asrama sambil bantu-bantu? Boleh banget, loh!" saran Suster seolah paham kalau kondisi hatinya di rumah bude tidak sedang baik-baik saja.
"Baiklah, Suster. Nanti akan Angi pikirkan," jawabnya masih sangat santun seperti biasanya.
"Jangan dipikir, Angi. Bawalah di dalam doa, Nak!"
"Siap, Suster!"
***
Genap lima tahun Wangi ikut tinggal bersama bude. Ketika kedua orang tuanya mengalami kecelakaan lalu lintas dan keduanya tewas di tempat kejadian perkara, Wangi diajak tinggal bersama suster kepala sekolah. Ya, Wangi dibawa oleh sang suster kepala untuk tinggal di panti asuhan tempat beliau bekerja.