Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Sudut Pandang yang Berbeda

3 November 2024   07:25 Diperbarui: 3 November 2024   07:43 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Bardi, Birdi, dan Burnet adalah tiga anak burung berkelamin jantan. Ketiganya sangat piawai. Sudah mulai bisa terbang, menukik, bahkan mencari mangsa sendiri. Akan tetapi, orang tua telah mempersiapkan sarang masing-masing agar di kemudian hari masa depan ketiga jagoan sudah tertata.  Orang tua bersusah payah membuatkan sarang tidak jauh dari sarang utama tempat mereka bertiga diasuh dan dibesarkan.

Setelah dewasa, Bardi memperoleh jodoh betina cantik dari desa sebelah. Karena itu,  membangun sarang sendiri di tempat lain. Jauh lebih indah menurut pandangan burung muda seperti pasangan tersebut. Sarang buatan kedua orang tua, dibiarkan menjadi tempat tinggal ayah induk. Beda dengan Bardi, Birdi membenahi sarang  hadiah kedua orang tua. Namun, si ayah merasa design sarang itu kurang pas. Beliau  ikut-ikutan membenahi sarang Birdi yang sedang merantau jauh di desa seberang. Ketika Birdi pulang melihat-lihat sarang, ia sangat kecewa. Tidak suka design sang ayah sehingga menyimpan sesal dan kecewa di dalam hati.

Sore itu ayah bertanya kepada pasangan, mengapa Birdi tidak membalas cuitannya. Apakah baik-baik? Sangat  khawatir. Induk  yang mengetahui kekesalan dan kekecewaan Birdi, mencoba menengahi. Memediasi ketegangan.  "Biarkan dia mengurus sendiri tanggungannya! Sarang sudah dihibahkan, tak perlu merecoki keinginan hatinya! Jangan lagi membuatnya kecewa!" Sang ayah terhenyak. Apa yang dianggap baik, belum tentu menjadi baik. Justru menjadi batu sandungan bagi kedua makhluk itu.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun