Cuma Catatan Kecil Â
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Ketika hamil anak pertama, aku masih berusia 19 tahun. Saat itu, tidak secanggih saat ini. Aku sendiri sangat kuper alias kurang pergaulan. Tidak ada bacaan yang membantuku mengetahui bagaimana seharusnya menghadapi masa kehamilan dan persalinan. Tidak ada sama sekali. Aku juga tidak memperoleh informasi lisan apa pun dari siapa pun. Tidak ada saudara yang memberi tahu aku bagaimana seharusnya menghadapi dan menata waktu selama menunggu empat puluh minggu hingga masa kelahiran. Tidak ada seorang pun.
Saat itu, aku masih kuliah. Aku duduk di semester enam, namun tidak ada mata kuliah lagi yang bisa kuambil karena sudah habis lima semester sebelumnya. Apalagi, program kampus berubah, tidak ada lagi program sarjana muda; semua diubah menjadi program strata satu (S-1). Karena itu, aku terpaksa menganggur hingga program baru tersebut dibuka, tahun ajaran baru. Selama tidak ada masa kuliah itulah ternyata aku diberi-Nya kesempatan berbadan dua. Tugas akhir sarjana muda tidak boleh dilanjutkan lagi sehingga aku menganggur.
Sejak menikah, karena suamiku anak tunggal, kami ikut dengan orang tua. Di rumah mertua indah, ceritanya. Beruntunglah, mertua perempuanku seorang pedagang sayur dan ikan laut di pasar sehingga masalah makanan cukup melimpah.
Sejak hamil muda tersebut aku gemar sekali mengonsumsi makanan laut yang disediakan oleh mertuaku. Sebelumnya, selama masih kost dan hidup sendiri, kondisiku sangat sederhana. Apa yang kumakan hanyalah apa yang bisa kubeli dengan dana minimku.
Namun, sejak ikut mertua itu, aku merasa dimanjakan perihal makanan. Ada ikan tinta alias nus, kepiting, kerang, ikan tongkol, dan beberapa macam ikan lagi, sisa dagangan yang sengaja disisihkannya dan pasti dibeli oleh suamiku. Ikan laut tersebut diolah sendiri dan menjadi makananku sehari-hari. Sangat nikmat! Ternyata, konsumsi ikan laut tersebut bagus untuk pertumbuhan dan kesehatan janinku. Kandungan omega 3 yang sangat penting bagi perkembangan kecerdasan janin terpenuhi setiap hari. Karenanya, janinku tumbuh sehat dan begitu aktif dengan ditandai oleh pergerakannya yang luar biasa.
Karena menganggur, setiap hari yang kulakukan hanya main kartu. Jika suamiku ada, aku pasti mengajaknya remi atau empat satu. Mengumpulkan nilai tertinggi dengan menggunakan kartu yang bergambar segi empat, daun waru, daun semanggi berwarna hitam dan merah itu. Jika sedang sendiri, aku pun bermain sendiri di kamar sempitku.
Ternyata, apa yang kulakukan tersebut berpengaruh terhadap janin yang ada di dalam kandunganku. Belakangan kuketahui bahwa sulungku tersebut jago matematika dan bahkan memperoleh kesempatan berkuliah program magister dan doctor hingga ke mancanegara. Ikan laut yang kukonsumsi tersebut sangat membantu perkembangan otaknya sehingga saat balita hingga dewasa ia memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Selain itu, aku pun gemar mendengarkan musik klasik seperti gending Jawa, siter, dan seruling yang menentramkan sehingga aku merasa tenang. Dalam bahasa Jawa, ayem tentrem alias damai sejahtera. Ternyata, belakangan kuketahui bahwa musik seperti ini juga sangat berpengaruh terhadap janin. Kupikir saat itu hanya sekadar hobi sesaat atau masa ngidam saja. Apalagi, suami memiliki koleksi lagu instrumentalia dengan musik yang tenang atau slow.
Ya, setelah mengikuti perkuliahan di pascasarjana dengan mengambil tema tesis manfaat musik dan lagu dalam pembelajaran, barulah kuketahui bahwa musik klasik dan musik instrumentalia ini sangat bagus untuk kesehatan dan pertumbuhkembangan otak janin.
Di atas kukatakan bahwa saat kehamilanku tersebut aku tidak memperoleh akses apa pun yang menginformasikan bagaimana menunggu saat kelahiran tiba. Aku sama sekali tidak tahu-menahu tentang hal itu. Terasa sekali betapa bodohnya aku karena kurang membaca! Beruntung, nenekku yang kupanggil "ibu" berpesan agar selama hamil aku tidak mengonsumsi es apalagi es krim. Selain itu, dari desa beliau mengirimiku lengo projol, yakni minyak kelapa murni yang diproduksi sendiri. Kelapa yang cukup tua setelah diparut, diambil santannya, kemudian direbus hingga berubah menjadi minyak. Minyak kelapa murni buatan sendiri tersebut harus kuminum dengan campuran kunyit, kuning telur ayam kampung, dan madu. Empu kunyit seukuran dua ibu jari diparut, tambahkan sedikit air, diambil airnya, lalu dituang ke dalam sebuah cangkir kira-kira setengah cangkir. Masukkan kuning telur, diaduk hingga merata, tambahkan sesendok teh minyak kelapa murni tadi dan satu sendok makan madu. Ramuan ini dikonsumsi dua hari sekali.
"Ini untuk membantu elastisitas jalan lahir," kata orang-orang tua kami. Dengan mengonsumsi kunyit madu ini, diharapkan saat melahirkan tidak akan mengalami pengguntingan dan penjahitan jalan lahir.