Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Retak Tak Terpaut

9 September 2024   09:38 Diperbarui: 9 September 2024   10:01 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Wah, kenapa tidak menyembunyikan diri di sini saja? Daripada hati bergolak melihat kedua orang tua yang sedang berseteru, berperang, bahkan saling memisahkan diri, harusnya dicari ketenangan di tempat nyaman yang menyediakan segudang pengetahuan ini," pikirnya. Apalagi pernah didengar nasihat Satpam sekolah, "Jangan duduk berlama-lama di bawah pohon beringin tua itu, Mbak. Bisa bahaya!" Tia sadar. Dia tidak boleh berperilaku seperti orang gila walaupun sedang stress!

Aktivitas baru yang menjanjikan kenyamanan dan ketenangan. Tia berkesempatan mengakses cerpen tentang broken home lewat sarana wifi gratis di tempat itu. Seolah membedah isi dada ketika didapatinya kalimat pembuka seperti ini.

"Semua orang pasti menginginkan kehidupan yang nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Namun, mengapa aku tidak pernah bisa memiliki kehidupan itu. Tak pantaskah aku mendapatkannya? Sesungguhnya, sebuah kasih sayang dari orang tua tak akan bisa tergantikan dengan apa pun. Aku yakin Allah merencanakan semua ini adalah yang terbaik buatku dan juga keluargaku. Semoga dengan aku menceritakan semuanya bisa membuat perasaan ini jauh lebih baik dan tak akan ada kesedihan lagi di hari-hari yang akan aku jalani. Perkenalkan namaku adalah Hanyfah. Aku akan menceritakan pengalamanku yang menyedihkan ini sama kalian semua semoga ini tidak akan pernah terjadi buat yang membacanya. Aminnn...." ("Broken Home" karya : Bekti Lestari)

Seolah tertampar sekaligus tertantang membaca prolog cerpen itu. Persis seperti apa yang dirasakannya!  

"Aku yakin Allah merencanakan semua ini adalah yang terbaik buatku dan juga keluargaku."
Kalimat yang dikemukakan sang penulis mampu membuat Tia terhenyak. Teringatlah Tia akan nats sabda Tuhan yang dibacanya semalam ketika dilakukan Saat Teduh:

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)

 "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" (Roma 8:35)

"... terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21b)

Dari ketiga ayat di atas, Tia mengambil kesimpulan bahwa semua yang terjadi di dalam hidupnya adalah rancangan Tuhan semata. Rancangan itu bermaksud baik, yakni untuk memberikan hari depan yang penuh harapan. Apa pun kondisi kita, Tuhan tetap mengasihi kita. Oleh karena itu, semua harus diterima dengan hati terbuka dan penuh ucapan syukur.

Hari ini jika Tuhan menuntun langkahnya menuju perpustakaan umum dan menemukan inspirasi, semua merupakan anugerah dan kebaikan hati-Nya belaka. Harus ditapakinya hari-hari dengan senyum riang karena yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah merancangkan yang buruk di dalam hidupnya. Tuhan yang diimaninya akan selalu membentengi, membersamai, bahkan memberkati hidupnya.

Perceraian orang tua bukanlah segalanya. Bukan hanya Tia yang mengalaminya. Banyak di luar sana yang bernasib sama. Maka, Tia ingin menunjukkan bahwa kondisi yang membuatnya terpuruk dan hancur itu akan mengubahkannya menjadi ciptaan baru. Bukankah kalau bejana rusak parah, sang kundi akan melumatkan sekalian dan membentuk menjadi ciptaan baru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun